Dishut Sumbar Luncurkan Buku Perhutanan Sosial

Paling tidak ada 25 cerita perhutanan sosial yang telah mengubah pendapatan masyarakat di Sumbar ditulis dalam buku ini.

Dinas Kehutanan (Dishut) Sumatera Barat (Sumbar) meluncurkan buku Perhutanan Sosial, Jumat (30/8/2024) siang. (Foto: Dok. Adpim)

Dinas Kehutanan (Dishut) Sumatera Barat (Sumbar) meluncurkan buku Perhutanan Sosial, Jumat (30/8/2024) siang. (Foto: Dok. Adpim)

PADANG, RADARSUMBAR.COM – Dinas Kehutanan (Dishut) Sumatera Barat (Sumbar) meluncurkan buku Perhutanan Sosial, Jumat (30/8/2024) siang.

Peluncuran buku tersebut dilakukan satu hari setelah peluncuran Peraturan Daerah (Perda) nomor 1 tahun 2024 tentang Perhutanan Sosial.

Buku setebal 267 halaman tersebut diluncurkan oleh Wakil Gubernur (Wagub) Sumbar, Audy Joinaldy.

Audy berharap buku tersebut bisa menambah semangat pengurus dan pengelola perhutanan sosial untuk memanfaatkan hutan tanpa menebang kayu.

“Ini komitmen kami untuk membangkitkan perekonomian petani hutan di Sumbar. Kami punya hutan yang luas. Untuk itu, kami mendorong masyarakat mendapatkan manfaat dari hutan tanpa merusaknya,” katanya.

Kepala Dishut Sumbar, Yozarwardi mengatakan, Pemprov Sumbar akan memaksimalkan potensi pemanfaatan hasil hutan bukan kayu.

Seperti, jasa lingkungan dengan menjadi objek wisata. Begitu juga dengan hasil hutan lainnya.

Diketahui, manfaat perhutanan sosial dapat menciptakan sumber daya manusia profesional, pemanfaatan hutan yang terintegrasi, pengurangan konflik tenurial dan upaya pengentasan kemiskinan masyarakat sekitar hutan.

Secara umum dalam lima tahun terakhir, Pemprov Sumbar sudah berhasil meningkatkan kesejahteraan petani hutan melalui perhutanan sosial. Sehingga dapat mendekati upah minimum provinsi (UMP) Sumbar.

“Buku ini mencatat keberhasilan dan dampak perhutanan sosial pada petani hutan. Buku ini juga merekam mereka yang sangat peduli dan hidup dengan tanpa merusaknya,” kata Yozarwardi.

Disebutkannya, dalam buku tersebut juga dipaparkan sejumlah fakta dan data bagaimana perhutanan sosial telah mengubah pola pikir masyarakat terhadap hutan.

Hutan itu bukan lagi tempat menebang kayu, tapi banyak manfaat yang dapat dikembangkan untuk perekonomian.

“Potensi itu berbeda-beda di setiap daerahnya. Paling tidak ada 25 cerita perhutanan sosial yang telah mengubah pendapatan masyarakat di Sumbar ditulis dalam buku ini,” katanya.

Pada kesempatan itu, Dishut Sumbar juga membedah buku tersebut. Bagaimana berbagai cerita mereka yang merawat hutan dihamparkan dalam sebuah tulisan.

Buku setebal 267 halaman tersebut dibedah oleh Direktur Harian Posmetro Padang, Firdaus Abie.

Wartawan senior tersebut mengatakan, terdapat banyak informasi yang bisa didapatkan dalam buku tersebut.

Buku itu menyajikan informasi bagaimana perhutanan sosial di Sumbar telah berhasil tumbuh dan berkembang. Sejumlah Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) sudah mampu menghasilkan pendapatan dari mengelola perhutanan sosial.

“Buku ini menarik untuk dibaca dan dicermati, memaparkan bagaimana perhutanan sosial dan pengurusnya telah bertranformasi menjadi opsi pendapatan masyarakat. Ini penting untuk dibaca,” katanya.

Bedah buku tersebut dihadiri oleh sejumlah pemangku kepentingan perhutanan sosial di Sumbar, di antaranya pengurus KUPS dan LPHN. (rdr)

Exit mobile version