“Artinya apa? Pasangan ini tidak percaya diri atau tidak pede dalam bertarung di Pilkada Padang, mereka seperti sudah kehabisan cara dan kreativitas, terkesan tak ada langkah lain dalam upaya meraih suara masyarakat,” katanya.
“Terlebih, dalam beberapa waktu belakangan berkaca dari hasil survei, pasangan ini selalu berada dalam posisi buncit atau paling bawah. Sehingga, mau tak mau, pasangan ini hanya mendompleng nama Mahyeldi yang juga pernah menjadi Wali Kota Padang. Padahal, Buya Mahyeldi tidak pernah berkampanye dengan gaya seperti Iqbal ini,” sambung Moulevey.
Braditi Moulevey yang pernah lama aktif di Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Padang itu justru memuji pasangan Hendri Septa-Hidayat yang berjalan sesuai dengan alur dan langkah politik partai mereka masing-masing.
“Meski PAN dan Gerindra berbeda jalan di Pilgub Sumbar, tidak ada satupun baliho dan atau Alat Peraga Kampanye (APK) Hendri Septa yang menyertakan Cagub yang diusung PAN. Sehingga, ini diartikan Hendri Septa dan Hidayat sangat pede dalam menghadapi Pilkada Padang, terlebih survei mereka belakangan ini terus menanjak naik,” katanya.
Selain itu, katanya, pasangan Hendri Septa dan Hidayat ia nilai juga lebih memahami persoalan serta kebutuhan di Kota Padang pada saat sekarang.
“Hendri Septa dan Hidayat itu menempuh pendidikan di Kota Padang, tinggal di Padang dan tidak ujug-ujug tampil atau muncul saat Pilkada datang, mereka lebih paham Padang. Hendri Septa pernah menjadi Anggota DPRD Padang, Wakil Wali Kota hingga Wali Kota di Padang, kemudian Hidayat dua periode menjadi Anggota DPRD Sumbar dari daerah pemilihan (Dapil) Kota Padang. Keduanya juga menghabiskan masa sekolahnya di Padang, sehingga sudah pasti pasangan ini paham dengan permasalahan yang ada di Padang, serta kinerja mereka juga sudah tampak,” tutur Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Ikatan Keluarga Minang (IKM) Jakarta tersebut. (rdr)