Tak jauh dari Kota Tua ada sebuah kawasan yang menjadi keyword geliat ekonomi Padang bahkan Sumatra Barat, yaitu Kampung Pondok.
Kampung Pondok fenomenal, dia menjadi daerah yang telah lulus terbaik dari persoalan SARA, bisa dikatakan Kampung Pondok adalah kawasan pluralisme tertua di Padang.
Sejak ada aktifitas kehidupan di kampung itu, tak ada tercatat dalam sejarah adanya konflik apalagi rusuh massal, padahal di Kampung Pondok ada tiga etnis yang mendiaminya.
Kampung Pondok dikenal dengan sebutan Cinkamal (China, Kaliang dan Melayu) ketiga etnis ini berbaur, bersinergi dan berkolaborasi tanpa disekat oleh perbedaan RAS.
“Kampung Pondok adalah kampung pluralisme tertua di Indonesia, sering disebut China Town nya Padang, walau tidak semua warga Kampung Pondok WNI keturunan Tionghoa, ada WNI keturunan India dan ada warga asli suku Melayu mendiami kawasan tersebut, satu yang bernilai di kampung itu, harmonis dalam keberagaman,” kata Fadly Amran.
Di Kampung Pondok ada banyak tempat ngopi pagi, ada Nanyio, Warkop Nipah, Hong da Refita serta banyak lainnya. “Hebatnya di warung kopi di sana, tiga etnis tersebut bisa duduk satu meja, mereka tak bicara hebatnya sendiri.”
“Namun mereka saling share tentang bisnis, tak jarang transaksi miliaran rupiah bahkan triliunan rupiah mungkin, tak salah kalau stagnan Kampung Pondok otomatis denyut ekonomi bisa melemah,” katanya.
Menurut Fadly Amran, keberagaman di Kampung Pondok ternyata punya potensi luar biasa. “Kampung Pondok ke depan harus bergeliat lagi, harus menjadi kontributor penting semakin majunya ekonomi Kota Padang,” tuturnya. (rdr-aidil)