Punya Rekam Jejak Bersih, Braditi Moulevey Bisa Hidupkan Geliat Seni-Budaya Minang di Padang

Rizal Tanjung melihat Moulevey sebagai sosok yang low profile dan memiliki wawasan yang luas.

Bakal Calon Wali Kota (Bacawako) Padang, Braditi Moulevey bertemu dengan Seniman serta Budayawan Sumbar membahas sejumlah hal terkait Kota Padang beberapa waktu lalu. (Foto: Dok. Tim BM)

Bakal Calon Wali Kota (Bacawako) Padang, Braditi Moulevey bertemu dengan Seniman serta Budayawan Sumbar membahas sejumlah hal terkait Kota Padang beberapa waktu lalu. (Foto: Dok. Tim BM)

PADANG, RADARSUMBAR.COM – Sosok Braditi Moulevey dinilai punya rekam jejak bersih dan mampu mengayomi masyarakat serta menghidupkan geliat seni serta kebudayaan Minang di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar).

Kesaksian tersebut terungkap dan disampaikan langsung oleh Seniman dan Budayawan Sumbar, Rizal Tanjung. Bahkan, ia melihat Moulevey sebagai sosok yang low profile dan memiliki wawasan yang luas.

“Di samping itu dia punya wawasan dan konsep membangun Kota Padang secara baik dalam bermacam lini, mungkin dari segi ekonomi misalnya. Saya sedikit terpantik ketika Moulevey ini paham karakter masyarakat Kota Padang di 11 kecamatan dan memiliki problem yang berbeda menurutnya, serta dia bisa membantu mencarikan solusi,” katanya kepada Radarsumbar.com, Minggu (26/5/2024) malam.

Sebagai seorang Seniman dan Budayawan, Rizal Tanjung memang melihat karakter masyarakat di 11 kecamatan Kota Padang itu berbeda.

“Ada yang maju, terbelakang, otodidak dan ada yang masih berada di garis kemiskinan, Braditi Moulevey paham dengan persoalan itu. Itu yang kami bahas dalam pertemuan tersebut,” katanya

Ketika dirinya berbicara soal Kota Padang sebagai transitnya kebudayaan, karena berstatus Sumbar, Rizal meminta kepada Moulevey agar bisa mengerahkan 104 kelurahan di Kota Padang untuk menghidupkan generasi yang positif serta terhindar dari kenakalan atau penyalahgunaan narkotika.

“Saya rasa kantong-kantong kebudayaan itu bisa dibangun, di balai pertemuan anak nagari misalnya, itu bisa dibangun di tanah fasilitas umum (Fasum) sekitar 40 persen, justru Moulevey itu mengatakan, masuk dalam programnya, saya kaget, kok bisa dia berfikir begitu, saya tanya, ini serius? Serius katanya,” katanya.

“Kalau begitu, saya sebagai budayawan senior di Padang saya akan bisa menularkan konsep ini ke kawan-kawan. Bagaimanapun saya akan mensupport program itu,” sambung Rizal.

Secara psikologis, Rizal Tanjung mengaku ada ketenangan jiwa ketika berhadapan dengan Braditi Moulevey lantaran tidak ada kebohongan yang lahir dari gesture wajahnya.

“Saya banyak bertemu tokoh politik, karena saya paham dengan psikologi, nampak dia hanya bersolek, namun Moulevey tampil apa adanya, terlihat kejujuran dari dirinya. Saya cukup tercengang ketika bertemu dengan orang sejujur ini dalam pandangan kejiwaan. Karena yang lahir pasti akan melihat ke yang batin,” katanya.

Ia menilai, Braditi Moulevey bisa dan cocok memimpin Kota Padang, tidak saja dengan berhadapan dengan tokoh budayawan-seniman, tapi berhadapan dengan masyarakat dari berbagai aspek jika dilihat secara psikologis.

“Tapi berbicara pembangunan dan segala macam, itu hanya soal dana dan keadaan sebetulnya, artinya konsep lain dalam pembangunan kota. Moulevey cocok mengayomi masyarakat,” katanya.

Bahkan secara gamblang, Rizal Tanjung mengaku lebih menyukai wajah baru yang tampil di Pilkada Kota Padang karena menurutnya masih bersih dan tidak bervirus.

“Banyak tokoh gagal yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, ini sebenarnya saya melihat tokoh yang seperti itu tidak bisa mengukur dirinya, dia terlalu memaksakan diri. Ibarat memancing hanya menghabiskan umpan saja,” katanya.

Untuk menjadi seorang eksekutif, katanya, seseorang harus bisa membangun konsep dan memiliki feel atau rasa di dalamnya.

“Levi (panggilan Moulevey, red) tidak ada masalah, karena tidak pernah dalam legislatif maupun eksekutif sebelumnya, dia uji publik dengan masyarakat. Tapi kalau yang bekas, mantan, saya rasa kenapa dia tidak terpilih, karena ada menikam jejak yang bermasalah sebelumnya, lebih dari 50 persen. Tapi kalau jejaknya bersih, dia pasti menang, dia menang kan karena rekam jejak. Menurut saya itu orang yang masuk kotak,” katanya.

Saat ini, kata Rizal, dirinya mengembalikan kepada partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) tempat Braditi Moulevey bernaung dan mendaftarkan diri sebagai Bakal Calon Wali Kota (Bacawako) Padang.

Bahkan dengan siapapun nantinya Braditi Moulevey berpasangan, menurutnya bukan suatu masalah. “Ketika dia berada dalam satu tempat dan berhasil, ukurannya itu berimbang, ada pemikiran Levi dan lain, apa itu nomor 1 atau 2, yang kami butuhkan itu kehadiran dari Moulevey itu sendiri,” katanya.

“Saya sudah mensosialisasikan dengan para seniman-budayawan, mereka senang sekali, bahkan mereka ingin bertemu dengan Moulevey, saya minta bersabar, karena dia belum mendapatkan tiket dari partai, karena ini masalah politik. Namun yang jelas, ketika saya memaparkan tentang sosok Braditi Moulevey, respons mereka positif, saya sudah bilang sama Moulevey, ini adalah pertemuan pertama, ada pertemuan selanjutnya,” sambungnya.

Rizal juga memastikan bahwa siap mendeklarasikan dan memberikan dukungan penuh kepada Braditi Moulevey ketika sudah mendapatkan mandat atau tugas dari Partai Gerindra untuk maju di Pilkada Padang.

“Saya kagum sama Levi dengan meminta bersabar dahulu hingga mandat dari partai didapatkan, karena jika Levi tidak diusung, saya mungkin akan mundur dari dunia seperti ini, karena saya melihat tidak ada tampak satupun tokoh yang berkenan secara psikologi. Seorang seniman-budayawan dia menilai orang itu dari cara berbicara, mereka tak bisa ditipu dengan ekspresi, berbicara, seniman dan budayawan itu punya keahlian itu, punya kemampuan retorika yang baik. Namun, kalau tokoh politik mencoba beretorika dengan seniman atau budayawan, itu salah tempat,” katanya.

Ketika disinggung terkait dengan konsep adat yang digunakan Braditi Moulevey saat mengembalikan formulir pendaftaran bacalon Wali Kota Padang ke DPC Partai Gerindra, Rizal Tanjung mengaku tidak mempersoalkan hal tersebut.

“Itu tidak masalah, itu soal performance, seremonial, yang terutama sekali adalah ketika dia sudah mendapat lampu hijau dari partai. Meskipun di Padang ini multietnis, Budayawan menyarankan seorang calon kepala daerah di Sumbar berkolaborasi dengan kebudayaan Minangkabau, itu tidak jadi masalah, itu diperbolehkan saja, tidak masalah,” tuturnya. (rdr)

Exit mobile version