Dalam budaya Minangkabau, katanya, terdapat tiga filosofi lainnya sebagai bentuk harga diri atau marwah bagi masyarakat Minangkabau itu sendiri, yakni, disapo, diajak sato dan dan dibagi rato.
“Disapo artinya apakah dia suka menyapa orang, bersikap ramah kepada siapapun dan tidak sombong serta membangun komunikasi dengan semua orang. Baurek ka bawah, bapucuk ka ateh, di tangah indak digirik kumbang,” katanya.
Kemudian, diajak sato. Artinya, bersinergi dengan semua pihak dan lini. Braditi Moulevey, kata Emzalmi harus bisa dan wajib melibatkan semua orang dalam mengambil kebijakan dan keputusan.
“Termasuk pemilihan tim sukses nantinya, jangan salah pilih yang justru merugikan kandidat itu sendiri. Kemudian, ketika terpilih, libatkan semua orang sehingga mereka itu merasa dianggap ada dan terjaga eksistensinya,” katanya.
Selanjutnya, dibagi rato atau dibagi rata. Artinya, implementasi dibaok sato itu akan bermuara kepada pembagian tugas pokok dan fungsi (tupoksi) ketika dalam menjalankan pemerintahan atau pekerjaan bisa terbagi rata dengan baik.
“Kita tidak bisa menampik bahwa masyarakat masih punya simpati dengan figur dengan basic (latar belakang) keagamaan, Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah (ABS-SBK) untuk pendamping. Ini bisa dikaji, apakah dengan situasi saat ini pola seperti itu tepat. Kuncinya ada di Wali Kota, karena ia yang memegang kendali pemerintahan,” katanya.
Bagian lain dari niat untuk maju dalam pengabdian ini adalah salat istikharah, tahajjud, dukungan keluarga dan pasangan.
“Itu sekilas persiapan yang harus dilakukan, di Minang itu gunakan prinsip pandai-pandai, lamak di awak, katuju di urang. Perasaan orang Minang itu halus. Di sana kita diajarkan bisa cerdas memahami karakter masyarakat,” katanya.
Terkait dengan hal teknis, terutama langkah pembangunan di Kota Padang itu, Emzalmi akan memberikan arahan kepada Braditi Moulevey jika Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah (Waka DPD) Gerindra Sumbar itu mendapatkan mandat dari partai.
“Sehingga ketika terpilih nanti, tidak dimulai lagi dari nol, bisa melaksanakan apa yang sudah berjalan. Ada 20 prioritas yang mendesak,” katanya.
“Saya suka (ada) anak muda (tampil), karena kreatif, memang harus regenerasi, jika tak ada anak muda yang punya nyali, maka tak maju kota ini. Namun, jika sudah banyak kepentingan, sudah terabaikan yang riil, sehingga kepentingan masyarakat itu tak terpenuhi,” sambungnya.
Sementara itu, Braditi Moulevey mengaku banyak mendapatkan ilmu dan wejangan yang sangat berisi dari Emzalmi selaku birokrat dan politisi senior di Kota Padang.
“Semuanya daging (berisi) dan itu sangat sangat berguna bagi saya. Semua pesan dan tips itu akan saya kombinasikan dalam visi-misi saya untuk maju di Pilkada Padang ini,” katanya.
Dirinya ingin membangun sinergitas dengan semua pihak dalam membangun pemerintahan. “Tidak akan pernah berhasil pembangunan dan kinerja jika tak didukung semua pihak. Memang pemerintahannya berbeda dengan perusahaan, tetapi pendekatannya tetap sama, yakni melalui human atau kemanusiaan,” tuturnya. (rdr)