“Namun jika membawa tas yang tak ada mereknya, mereka tak malu, karena merasa orang tak tahu itu dari sampah. Kami tekankan kelola sampah jangan sampai tampak (merek dagang),” katanya.
Untuk satu harga produk, katanya, dibuka dari harga Rp5 ribu dan paling mahal mencapai Rp450 ribu untuk tas. Dari itu semua, pihaknya bisa meraup untung hingga Rp5 juta.
“Kami sudah membawa barang ini ke Malaysia, Jepang dan Shanghai, Tiongkok. Produk yang lebih dominan ini, tas dari bahan pembungkus kopi,” katanya.
Namun, untuk kendala promosi, pihaknya harus melakukan penelitian terlebih dahulu untuk limbah B3 di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang.
“Meski demikian, pemerintah selalu mendukung promosi di setiap iven atau pameran di luar kegiatan PLN,” katanya.
Kini, kelompok Bank Sampah tersebut telah menerima bantuan hingga puluhan juta dari PLN Unit Induk Distribusi (UID) Sumbar.
“Ke depan kami akan bangun paving blok, namun karena di sini didominasi perempuan, kami membutuhkan tenaga ekstra untuk itu,” tuturnya. (rdr-008)