PADANG, RADARSUMBAR.COM – Ribuan pelajar dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) peserta Pesantren Ramadan tiba-tiba menerangi jalan raya di kawasan Ikua Koto, Kecamatan Kototangah, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) pada Senin (17/4/2023) malam.
Rupanya, mereka menggelar pawai keagamaan sembari mengumandangkan Asma Allah dalam rangka menyambut malam Lailatul Qadar yang berada di pengujung Ramadan.
Para pelajar ini berasal dari 20 masjid penyelenggara Pesantren Ramadan se-Kecamatan Koto Tangah, dengan jumlah kurang lebih 1.100 orang.
Masing-masing pelajar ini terlihat memegang obor sebagai penerang jalan dan berjalan kaki sejauh 1,5 kilometer dan berhenti di Masjid Raya Ikua Koto.
Berbagai kegiatan digelar di pelataran parkir masjid tertua di Kototangah tersebut. Mulai dari Musik Gambus, Tausiyah, Pembacaan Al-Quran, dan beberapa sambutan dari penyelenggara.
Uniknya, saat penutupan pawai obor ribuan pelajar peserta Pesantren Ramadan membaca ikrar secara serentak.
Ikrar yang dibacakan diantaranya, para generasi muda ini dengan tegas menolak segala bentuk pergaulan bebas, kemudian menolak dengan keras peredaran narkoba, tawuran dan LGBT.
“Kami putra dan putri peserta Pesantren Ramadan, se-Kelurahan Ikuakoto dengan ini menolak dengan tegas segala bentuk pergaulan bebas, menolak narkoba, tawuran dan LGBT,” kata seorang santri yang didaulat menjadi pembaca ikrar dari atas panggung dan diikuti peserta pawai lainnya.
Selain itu, mereka mengimbau para pelajar dan generasi muda lainnya untuk tidak mengusik ketentraman dan kedamaian sesama masyarakat, yang selama ini telah berjalan dengan baik di Kota Padang.
Belakangan diketahui, kegiatan tersebut digagas oleh putra asli Kototangah yang juga merupakan Ketua Kerapatan Adat dan Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar, Fauzi Bahar.
Ia melihat belakangan ini persoalan kenakalan remaja terutama tawuran, narkoba dan LGBT kembali merebak di Sumbar terutama Kota Padang.
“Tawuran yang terjadi hampir setiap malam belum lagi peredaran narkoba yang meresahkan, dan baru beberapa hari ini kita dihebohkan dengan munculnya kelompok gay di Kota Bukittinggi yang tidak segan-segan mendeklarasikan diri melalui media sosial,” katanya.
Meski kegiatan itu, katanya, tidak bisa menghilangkan langsung kenakalan remaja, setidaknya bisa mengurangi kecemasan hari ini terkait kenakalan remaja yang timbul akibat perkembangan teknologi.
“Maka dari itu diperlukan kegiatan positif dengan mengumpulkan generasi muda dan memberikan mereka pemahaman akan bahaya dan ancaman yang mengintai mereka,” katanya.
Ketika disinggung konsep kegiatan menggunakan pawai obor ini, ia mengaku dan merasa bahwa kegiatan itu sudah lama tidak dilakukan sebagai bentuk kebiasaan masyarakat Minangkabau pada malam hari terutama saat pergi ke surau (langgar) untuk melaksanakan ibadah Salat Isya dan Subuh.
“Karena bertepatan dengan akan datangnya malam Lailatul Qadar, kami semua berharap mendapatkan berkahnya,” tuturnya. (rdr-008)