Bazar Merah Putih yang Digagas Etnis Tionghoa di Padang Berjalan Sukses, HTT Sebut Pengunjung Capai Puluhan Ribu

Hal tersebut ditandai dari ramainya pengunjung dan besarnya jumlah transaksi.

Penutupan kegiatan Bazar Merah Putih. (Foto: Dok. Istimewa)

Penutupan kegiatan Bazar Merah Putih. (Foto: Dok. Istimewa)

PADANG, RADARSUMBAR.COM – Bazar Merah Putih dalam rangka merayakan Hari Kemerdekaan RI ke-78 yang digagas oleh Himpunan Tjinta Teman (HTT) dan masyarakat etnis Tionghoa di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) berjalan lancar.

Wakil Ketua HTT Padang, Albert Hendra Lukman mengatakan, Bazar Merah Putih HTT Padang berjalan sukses dan lancar.

Menurutnya, hal tersebut ditandai dari ramainya pengunjung dan besarnya jumlah transaksi.

“Jumlah pengunjung yang hadir pada bazar tahun ini sebanyak 30 ribu orang, bahkan mungkin lebih karena tidak semuanya terdata,” kata Albert, Senin (21/8/2023) malam.

Albert mengatakan, bazar merah putih diikuti oleh 38 stan promosi, 10 stan UMKM, 38 stan kuliner, dan 10 stan permainan.

Di samping itu juga ada stan PMI untuk menerima donor darah yang dilaksanakan dari tanggal 13 hingga 20 Agustus 2023.

Selama bazar berlansung sejak 9 hari lalu, kata Albert, diperkirakan total transaksinya mencapai Rp2 miliar.

“Berpedoman kepada keberhasilan tersebut, kami berharap Bazar Merah Putih HTT ini bisa masuk kedalam kalender iven tahunan daerah,” kata Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tersebut.

Sementara itu, Gubernur Sumbar, Mahyeldi mengatakan, kegiatan Bazar Merah Putih yang di inisiasi oleh Himpunan Tjinta Teman (HTT) Padang berhasil menggambarkan kehidupan masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) yang sesungguhnya, kendati dihuni oleh berbagai etnis tapi masyarakatnya menyatu dalam bingkai kerukunan dan toleransi yang selalu terjaga.

“Proses akulturasi masyarakat di Sumbar ini berjalan baik, terpelihara dengan baik. Kondisi itu persis seperti apa yang terlihat dalam acara ini,” katanya.

Dirinya juga menepis persepsi negatif yang mengatakan masyarakat Sumbar intoleran dan diskriminatif. Menurutnya, anggapan itu keliru dan tidak berdasar.

“Kalaupun ada yang mengatakan bahwasanya diskriminasi terjadi di Sumbar, itu berarti mereka belum mengenal dan belum menyaksikan secara langsung kehidupan masyarakat Sumbar yang sesungguhnya. Coba rasakan langsung besar kemungkinan rasanya akan berbeda,” imbuhnya. (rdr)

Exit mobile version