PADANG, RADARSUMBAR.COM – Universitas Andalas (Unand) berhasil mengembangkan hasil riset tinta dari bahan baku gambir dan digunakan untuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.
Rektor Unand, Prof Yuliandri mengatakan, tinta gambir yang dihasilkan berkat kolaborasi Unand dengan PT Kudo Indonesia Jaya memiliki sejumlah keunggulan.
“Pertama, tinta yang dibuat mampu bertahan selama beberapa hari setelah dicelupkan ke jari. Ini menjadi krusial untuk mengantisipasi adanya individu yang ingin melakukan kecurangan saat pencoblosan,” katanya usai Dies Natalies ke-67 Unand, Rabu (13/9/2023) siang.
Kemudian, katanya, tinta dengan bahan baku gambir tersebut dijamin halal dan tidak menjadi kendala umat Islam ketika hendak melaksanakan ibadah salat.
“Tinta ini tidak perlu dihapus atau dihilangkan usai pencoblosan, dijamin halal,” katanya.
Yuliandri mengatakan, pihaknya menjadikan gambir sebagai bahan baku tinta pada Pemilu 2024 sebagai bentuk meningkatkan nilai tambah (value) dari gambir sendiri sebagai salah satu Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di Indonesia.
Selain itu, katanya, produk yang dihasilkan juga bisa berdampak kepada peningkatan pendapatan petani gambir,” katanya.
Ia menjelaskan, tinta gambir hasil riset Unand tersebut akan didistribusikan di 35 provinsi Indonesia dengan estimasi kebutuhan 981 ribu botol atau nyaris satu juta botol.
Tinta tersebut nantinya disebar ke setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan bisa digunakan saat waktu pencoblosan berlangsung.
Inovasi Baru
Sebelumnya Yuliandri mengatakan, Unand terus konsisten mengembangkan dan mengkaji sejumlah inovasi baru berbahan baku tanaman gambir terutama untuk kebutuhan industri dalam negeri.
“Hingga saat ini Unand telah menghasilkan 18 teknologi inovasi dari bahan baku gambir khususnya senyawa marker (pewarna) untuk kebutuhan berbagai industri,” katanya.
Belasan hasil inovasi berbahan gambir tersebut di antaranya terkait dengan obat-obatan, industri kimia, kosmetik, minuman hingga tinta untuk Pemilu 2024.
Prof Yuliandri menerangkan sebagian besar zat warna yang dibutuhkan industri di dalam negeri masih diimpor dengan jumlahnya yang mencapai 42 ribu ton per tahun.
Padahal, sekitar 80 persen kebutuhan dunia terhadap gambir diekspor dari Indonesia. Lebih rinciannya, 90 persen gambir tersebut berasal dari Sumatera Barat (Sumbar).
Khusus di Ranah Minang, luasan gambir diketahui mencapai 37.360 hektare (Ha) dengan total produksi mencapai 18 ribu ton per tahun.
Yuliandri mengatakan zat pewarna yang selama ini diimpor diketahui berbahaya terhadap kesehatan.
Sebab, zat warna sintetik diketahui mengandung pewarna azo yang merupakan turunan benzidina dan bersifat karsinogen (kanker).
“Gambir merupakan pewarna alami yang tergolong aman dan senyawa yang terkandung di dalamnya bermanfaat bagi tubuh,” katanya.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan perguruan tinggi tertua di luar Pulau Jawa tersebut, Unand berhasil menggunakan pewarna alami dari gambir yang digunakan untuk pembuatan batik, kain atau tekstil, kulit hingga tinta organik.
Tidak hanya itu, kampus yang diresmikan oleh Wakil Presiden (Wapres) Indonesia pertama, Mohammad Hatta tersebut juga berhasil menciptakan inovasi baru berupa tinta untuk kebutuhan Pemilu 2024 dari bahan baku gambir.
“Alhamdulillah tinta organik berbasis gambir hasil inovasi Unand berhasil memenangkan tender konsolidasi pengadaan logistik tinta dalam rangka Pemilu 2024,” tuturnya. (rdr)