PADANG, RADARSUMBAR.COM – Lomba video kreatif dengan tema ‘Keberagaman dan Bertoleransi yang digelar Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sumatera Barat (Sumbar) dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumbar dari Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Hidayat telah usai dilaksanakan.
Lomba tersebut telah selesai dilaksanakan pada Kamis (5/10/2023) malam dengan melahirkan sejumlah pemenang dari berbagai kategori.
Juara pertama diberikan kepada Gusti Bagus dengan judul karya ‘Padang Kota Bertoleransi’. Juara dua diraih, Alilyalum Lisanias Dilam dengan judul karya ‘Sodara’. Sementara itu, juara tiga diberikan kepada Dio Wahyudi Pratama dengan karyanya berjudul ‘Selaras’.
Dispora Sumbar dan Anggota DPRD Sumbar, Hidayat juga memberikan piagam penghargaan kepada Zhafran Fedora sebagai juara favorit dengan judul karya ‘Duduak Surang Basampik-sampik’.
Dalam kegiatan itu, Kepala Dispora Sumbar, Maifrizon memuji Anggota DPRD Sumbar, Hidayat yang masih sempat memikirkan dan mengeluarkan sebuah terobosan kegiatan melalui dana pokok pikiran (pokir).
“Kegiatan ini berangkat dari keresahan beliau terkait tudingan intoleransi dan sentimen negatif ke Sumbar terkait keberagaman. Kegiatan ini seolah menjawab dan mematahkan argumen negatif tersebut,” katanya, Jumat (6/10/2023) malam.
Ia mengatakan, kegiatan tersebut diharapkan bisa memberikan dampak luas dan positif terkait keberagaman dan toleransi masyarakat di Sumbar.
Maifrizon menilai, pemuda di Sumbar pada saat ini masih perlu banyak dibina dan dibimbing ke arah yang lebih baik.
“Saya fikir ini bukan kegiatan yang terakhir, Pak Hidayat berkomitmen membuat kegiatan ini jauh lebih besar sehingga memang, waktu yang kami siapkan juga cukup untuk kegiatan yang memang sangat berdampak untuk generasi muda kita,” katanya.
Sementara itu, Anggota DPRD Sumbar, Hidayat menjelaskan secara gamblang dirinya mengangkat isu keberagaman dan toleransi.
Ia mengatakan, terdapat dua hal yang memotivasi dirinya menggagas kegiatan-kegiatan untuk merekatkan toleransi, saling harga-menghargai dan menghormati seluruh etnis dan agama yang ada di Sumbar.
“Pertama adalah ada survei lembaga yang namanya Setara Institute yang menancapkan beberapa tahun belakangan, Sumbar termasuk daerah yang intoleran. Padahal fenomena sosial ekonomi budaya kita, berbaur sangat akrab dengan teman-teman yang mungkin berbeda keyakinan, suku, etnis dan ras,” katanya.
Berangkat dari hasil survei itu, membuat Hidayat termotivasi untuk mematahkannya dengan membuat sebuah kegiatan dan mengangkat isu toleransi serta keberagaman di Sumbar.
Hidayat merasa perlu ada upaya-upaya untuk menstimulus melalui program dari pemerintah. Kegiatan yang dilaksanakan pemerintah bersifat memfasilitasi dan pembinaan dalam konteks tersebut.
“Saya terinspirasi Lee Kwan yu, Perdana Menteri Pertama Singapura. Ada dua prinsip yang diterapkannya. Sebuah daerah negara yang kecil ketika itu pisah dan bergabung dengan Malaysia ketika persemakmuran 1957 dan merdekanya tahun 1965. Malaysia pada akhirnya melepaskan Singapura karena dianggap memberatkan beban negara karena miskinnya daerah tersebut. Namun kemudian, justru Singapura hari ini merupakan negara yang sangat stabil secara politik, ekonomi, sosial di dunia,” katanya.
Hidayat membeberkan dua hal yang dilakukan Lee Kwan Yu dalam memajukan Singapura. Yang pertama adalah komitmen pemimpinnya untuk menerapkan prinsip-prinsip kebenaran.
Kedua, Lee Kwan yu membuat sebuah pemukiman yang mewajibkan beberapa etnis berada di kawasan tersebut, sehingga ada India, Tionghoa, Melayu.
“Dengan komunitas tersebut mereka saling menghormati, saling memahami, yang kemudian timbul saling menghargai, saling tolong-menolong walaupun berbeda keyakinan ataupun etnis,” katanya.
Terpisah, Ketua Pelaksana kegiatan, Dewita Murni, menyebut lomba ini untuk meningkatkan kreativitas pemuda sehingga menjadi kader pemuda kreatif yang unggul dan berdaya saing baik ditingkat nasional maupun internasional.