Dan pihaknya pun berharap agar ide itu masuk dalam program BMN. Karena, prospek madu galo-galo sangat menjanjikan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Alhamdulillah, Semen Padang menyetujui usulan tersebut. Karena, budidaya madu galo-galo ini juga selaras dengan arahan Semen Padang dalam memberdayakan masyarakat.”
“Kemudian, Semen Padang langsung mengucurkan anggaran CSR-nya untuk penyediaan 40 stup madu galo-galo,” ujar Dahrulsyah.
Forum Nagari Kelurahan Bandar Buat kemudian membentuk kelompok tani dengan nama Kelompok Tani Hutan Sungai Gayo.
Setelah itu, dipilihlah Taman Obat Keluarga (TOGA) seluas lebih kurang 2000 meter persegi di RT03, RW06 sebagai tempat budidaya madu galo-galo.
“Taman TOGA ini kami manfaatkan untuk budidaya madu galo-galo, karena hampir semua tanaman obat-obatan yang ada di sekitar Taman TOGA merupakan tanaman yang memiliki bunga. Ada sekitar 287 jenis yang tanaman obat yang ada di Taman TOGA ini,” bebernya.
Dalam budidaya madu galo-galo ini, tambah Dahrulsyah, Forum Nagari Kelurahan Bandar Buat melibatkan penyuluh dari Dinas Kehutanan Sumbar sebagai pendamping.
“Penyuluh dari dinas dilibatkan, karena Kelompok Tani Hutan Sungai Gayo masih awam tentang cara budidaya madu galo-galo,” tutupnya. (rdr)