PADANG, RADARSUMBAR.COM – Penampilan kelompok seni tradisional, Darak Badarak sukses menghipntois ribuan pasang mata masyarakat Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) pada Sabtu (28/10/2023) malam.
Penampilan Darak Badarak dalam Festival Seni Tradisional itu digelar di Aula Medan Nan Bapaneh Kantor Kerapatan Adat Nagari (KAN) Pauh IX Pauh-Kuranji.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumbar, Evi Yandri Rajo Budiman mengatakan, dirinya sengaja menggelar kegiatan seni tradisional bertepatan dengan Peringatan Sumpah Pemuda melalui dana pokok pikirannya.
“Kami fokus ke seni dan budaya. Sumpah Pemuda itu merupakan keberagaman budaya, keberagaman budaya itu mencakup suku, bahasa, agama dan di dalamnya ada adat dan budaya,” kata Evi.
Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Sumbar itu mengatakan, budaya yang beragam juga ada di Sumbar.
“Bahkan, di Sumbar saja dengan 19 Kabupaten dan Kota juga punya beragam budaya. (Festival Seni Tradisional) ini sambil mengingatkan sejarah (bahwa) perlu juga pelestarian sejarah,” katanya.
“Apalagi, di saat ini ada kelompok seni tradisional yang viral. Tidak hanya disukai orang Sumbar, melainkan nasional, yaitu Darak Badarak,” sambung Evi Yandri.
Selain itu, kata Evi, Festival Seni Tradisional dengan menampilkan Darak Badarak juga bisa memancing kalangan dan muda masyarakat agar lebih mencintai budaya dan kearifan lokal.
“Sehingga di saat inilah bisa kami tampilkan jenis kebudayaan lain, ada randai, pencak silat dan sipak rago,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Sumbar, Luhur Budianda mengatakan, di dalam pariwisata ada satu bagian penting bernama ekonomi kreatif.
Di dalam ekonomi kreatif terdapat 17 sub-sektor dengan salah satunya yakni performing art atau pertunjukan sini.
“Seni tradisional, yang seperti dilaksanakan ini merupakan bagian dari performing art, kami mengangkat dari akar budaya, yang akan punya nilai jual untuk menarik wisatawan,” katanya.
Pertunjukan seni, katanya, merupakan bagian dari ekonomi kreatif dan bisa menggerakan roda perekonomian Indonesia dan Sumbar secara khususnya.
“Hampir Rp1.200 triliun devisa negara berasal dari ekonomi kreatif,” katanya.
Dirinya berharap, seni tradisional bisa meningkatkan kunjungan wisatawan. Namun, persoalannya, kata Budi, Sumbar belum punya ruang publik yang bisa menampilkan anak nagari untuk berkesenian dan menampilkan budayanya.
“Ke depan itu itu tugas pemerintah agar membangunnya. Kita (Sumbar) belum ada ruang kesenian yang mumpuni. Melalui iven-iven yang sudah kami tetapkan, ini sedang kami lanjutkan ke depan. Kami sedang mencari formula baru agar inni bisa berkesinambungan, sayang rasanya jika tak dilanjutkan di tahun 2024,” tuturnya. (rdr)