Pilpres 2024: Capres Harus Bahas dan Dalami Penguatan Pertahanan Jangka Panjang

Aspek ini tidak boleh lemah, rentan atau menimbulkan celah rawan.

Ilustrasi Pilpres 2024. (net)

PADANG, RADARSUMBAR.COMInstitute For Security dan Strategic Studies (ISSES) mengingatkan ketiga calon presiden (capres) yang bertarung pada Pemilihan Presiden (Pilpres) Tahun 2024 tentang pentingnya membahas dan mendalami penguatan aspek pertahanan jangka panjang.

Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif ISSES, Khairul Fahmi menanggapi materi debat ketiga capres pada Minggu (7/1/2024) yang mengusung tema ‘Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional dan Geopolitik’.

“Secara umum pertahanan harus mendapatkan perhatian. Sebab, aspek ini tidak boleh lemah, rentan atau menimbulkan celah rawan,” kata Direktur Eksekutif ISSES, Khairul Fahmi, Selasa (2/1/2024) siang.

Penguatan aspek pertahanan tersebut juga sejalan dengan target kekuatan pokok minimum atau lebih dikenal dengan sebutan Minimum Essential Force (MEF) pada tahun 2024.

Secara faktual, kekuatan militer Indonesia saat ini berada pada peringkat 15 besar militer terkuat dunia merujuk data indeks Global Firepower (GFP).

Namun, di saat bersamaan Indonesia sedang dihadapkan dengan kesenjangan antara kekuatan faktual dengan kebutuhan menambah serta peremajaan alat utama sistem senjata (alutsista).

“Indonesia juga dihadapkan dengan kemampuan peremajaan alutsista yang ada. Artinya, penguatan aspek pertahanan ini menjadi bagian penting,” katanya.

Selain itu, Khairul juga menekankan pentingnya setiap capres untuk mendalami beberapa isu penting bidang pertahanan, di antaranya pembangunan postur dan sistem pertahanan.

Dari paparan visi misi yang diusung, Khairul menilai ketiga pasangan calon telah membicarakan tentang pembangunan kekuatan pertahanan.

Namun, sayangnya, hal itu belum dikaitkan dengan kemampuan beradaptasi lingkungan strategis.

Menurutnya, hal itu penting untuk dibahas atau dimasukkan ke dalam visi dan misi masing-masing capres, mengingat dunia sedang dihadapi kondisi ketidakpastian.

“Perlu diingat, peperangan di masa depan itu bersifat kabur. Misalnya mengenai batas-batas antara wilayah militer dan sipil atau wilayah politik dan militer,” tuturnya. (rdr/ant)

Exit mobile version