Pemkab Pasbar Targetkan 2.000 Ha Lahan Jagung Tanam Baru

Salah satu tanaman jagung di Simpang Empat, Kabupaten Pasaman Barat. Pemkab setempat menargetkan 2.000 hektare penambahan luas tanam jagung selama 2024. (Antara/Altas Maulana).

Salah satu tanaman jagung di Simpang Empat, Kabupaten Pasaman Barat. Pemkab setempat menargetkan 2.000 hektare penambahan luas tanam jagung selama 2024. (Antara/Altas Maulana).

SIMPANGEMPAT, RADARSUMBAR.COM – Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura menargetkan perluasan tanam baru lahan jagung seluas 2.000 hektare selama 2024.

“Saat ini luas tanam jagung di Pasaman Barat mencapai 43.907 hektare. Dengan adanya penambahan luas lahan tanam maka diharapkan produksi jagung meningkat,” kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Pasaman Barat Doddy San Ismail di Simpang Empat, Senin.

Menurutnya dengan adanya penambahan luas tanam maka pihaknya menargetkan produksi jagung sebesar 223.236 ton selama 2024.

Selain upaya penambahan luas lahan tanam juga melakukan pengawalan dan pendampingan oleh penyuluhan di lapangan serta melakukan percepatan tanam.

“Target produksi jagung meningkat dibandingkan tahun 2023 lalu. Pada 2023 lalu produksi jagung mencapai 221.961 ton. Mudah-mudahan target yang ditetapkan dapat tercapai,” ujarnya.

Ia mengatakan produksi jagung terbesar berada di Kecamatan Luhak Nan Duo, disusul oleh Kecamatan Pasaman dan Kecamatan Talamau.

Lalu Kecamatan Ranah Batahan Kecamatan Kinali, Kecamatan Koto Balingka dan Kecamatan Sungai Beremas.

Selanjutnya produksi jagung juga ada Kecamatan Sungai Aur, Kecamatan Lembah Melintang, Kecamatan Gunung Tuleh dan Kecamatan Sasak Ranah Pasisia.

“Pada umumnya tanaman jagung cukup diminati oleh masyarakat karena harganya relatif stabil,” ujarnya.

Ia menjelaskan Pasaman Barat menjadi salah satu sentra penghasil jagung terbesar di Sumbar.

“Pernah menjadi penyumbang jagung terbesar mencapai 60 persen beberapa tahun yang lalu. Namun, karena berbagai persoalan produksi menurun,” katanya.

Ia menyebutkan produksi jagung tidak hanya disebabkan oleh replanting atau peremajaan sawit saja.

Tingkat kesuburan tanah juga ikut mempengaruhi. Semakin sering ditanami oleh petani, maka akan semakin menurun pula kesuburannya.

“Semakin berkurangnya kesuburan tanah juga ikut mempengaruhi kepada produksi jagung,” katanya.

Ia menambahkan tanaman jagung bisa menjadi tanaman alternatif para petani karena masa panen relatif singkat, bisa empat atau enam bulan dengan harga yang relatif bertahan. (rdr/ant)

Gabung WhatsApp Channel, Telegram Channel, dan follow juga Facebook, Instagram Radar Sumbar untuk update berita terbaru
Exit mobile version