Namun demikian kelakuan tidak bermoral penjarah hutan itu justeru kian menjadi-jadi. Mereka seperti tutup mata, bahkan seakan tidak ada kejadian saja akibat penebangan hutan.
“Jika pada pemerintah nagari kami tidak bisa berharap, tentu kami berharap pada penegak hukum,” sebutnya.
Nagari Lubuk Nyiur, Sungai Nyalo, Koto Gunung dan Nagari Tuik mengalami rusak cukup parah akibat bencana banjir bandang yang terjadi pada Kamis, 7 Maret. Ratusan Hektare lahan pertanian hancur.
Puluhan rumah masyarakat mengalami kerusakan. Beberapa ada yang hanyut terseret arus, sehingga ratusan jiwa mesti rela kehilangan tempat bernaung dan kini tinggal di tenda pengungsian.
Banjir pun turut merusak sejumlah infrstruktur dasar seperti jalan dan jembatan. Selain itu juga merendam fasilitas kesehatan, sosial dan fasilitas pendidikan. Masa depan anak bangsa tergadaikan akibat aksi pembalakan.
Padahal pemerintah kabupaten dalam RPJMD 2021-2026 telah menjadikan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai arus utama pembangunan. Menjadikan penddikan dan kesehatan sebagai tumpuan utama.
“Jika sarana dan prasarananya tidak baik tentu target tersebut sulit untuk dicapai. Setidaknya menjadi berbiaya mahal, karena sering rusak akibat bencana ekologis,” tuturnya.
Kecamatan Batang Kapas, khususnya Nagari Lubuk Nyiur merupakan salah satu wilayah terdampak yang dikunjungi Mentri Sosial Tri Rismaharini. Mensos bahkan membantu 19 unit torant penampung air.
Kemudian juga membantu 10 unit pompa air beserta dua unit genset. Matan Wali Kota Surabaya itu juga menyewakan alat berat untuk membersihkan sedimen lumpur yang menutup badan jalan. (rdr/ant)