Porwanas 2024: Sejarah Baru PWI Sumbar

Kontingen Sumbar meraih medali emas Porwanas. (Foto: Dok. Istimewa)

Catatan Firdaus Abie

Usai sudah Pekan Olahraga Nasional (Porwanas), di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Tuan rumah Kalsel juara umum, kontingen PWI Sumbar bukukan capaian terbaik sepanjang sejarah keikutsertaan di Porwanas. Baik dari raihan medali mau pun peringkat.

Porwanas bermula dari keputusan Rakernas SIWO PWI, tahun 1982. Pelaksanaannya setahun kemudian. Digelar di Semarang, tahun 1983. Sumbar langsung berpartisipasi. Jadwalnya, sekali tiga tahun, namun ada kalanya jadwal dipercepat. Ada juga yang dimundurkan.

Tahun 1988, Kota Padang, Sumatera Barat dipercaya jadi tuan rumah. Saat itu, Ketua SIWO Pusat Ardi Syarif, wartawan olahraga asal Sumbar.

Sejak Porwanas pertama di Semarang hingga Banjarmasin, sudah 14 kali ivent olahraga dikalangan wartawan ini berlangsung.

Berbagai suka dan duka, laga bermandikan keringat, hujan protes, keributan kecil, menjadi aksesoris yang menarik dan kemudian indah untuk menjadi kenangan sesama insan pers.

Selama ivent tersebut, prestasi anggota PWI Sumbar selalu pasang surut. Sulit menembus papan tengah, apalagi papan atas. Posisi 20 besar sangat sulit ditembus. Hal ini disebabkan tak mampu membawa emas pulang.

Ketika Jayusdi “Ajo” Effendi dan Edi “Jenderal” Jarot mempersembahkan medali emas, pada nomor berpasangan tertutup, cabang domino, sehari sebelum penutupan, capaian Sumbar tersebut sama dengan hasil Porwanas ke-VI di Bandung, 1996.

Ketika itu, emas semata wayang dan satu-satunya medali yang dibawa pulang, dihasilkan dari bulutangkis beregu. Empat pebulutangkis Sumbar, Basril Basyar, Ruswan Bujang, Alamsyah Halim, Syafrizal Yasin, terlalu tangguh untuk dihadapi lawan-lawannya. Kala itu, Ketua PWI Sumbar dijabat Masri Marjan, Ketua SIWO PWI Sumbar M.Mufti Syarfie.

Prestasi di Porwanas tahun 1996, bukanlah capaian terbaik. Dua hajatan berikut, tepatnya Porwanas VIII di Pekanbaru, Riau, tahun 2005, kontingen Sumbar membawa satu emas dan satu perunggu dari Bumi Lancang Kuning.

Emas dihasilkan dari bridge, perunggu dari bulutangkis

Capaian tersebut merupakan hasil terbaik sejak keikutsertaan Sumbar di Porwanas pertama hingga ke delapan. Begitu pun sampai Porwanas ke-XIII di Malang.

Pada Porwanas ke-XIV di Banjarmasin, Sumbar berangkat dengan 32 orang personil. Berlaga pada enam cabang, biliar, tenis meja, catur, domino, karya jurnalistik (artikel dan fotografi).

Keberangkatan kontingen, awalnya antara Iya dan Tidak. Dikatakan Iya karena tetap ingin berpartisipasi dan meraih prestasi. Sejak Porwanas pertama, tahun 1983, belum pernah sekali pun Sumbar tidak mengirimkan utusan.

Dalam ketidakpastian tersebut, SIWO PWI Pusat dan PB Porwanas memberikan dispensasi entry by name untuk kontingen Sumbar. Diizinkan mengirimkan kepastian nama dan jumlah kontingen kurang dari sepekan jelang laga berlangsung. Sebuah kemudahan yang luar biasa dari panitia.

Pengecualian kepada kontingen Sumbar, harus diakui berkat lobi Ketua PWI Sumbar Widya Navies dan Ketua SIWO PWI Sumbar Syaiful Husein.

Peran Syaiful Husein yang akrab disapa Aciak Guru termasuk sentral. Beliau termasuk berpengaruh di jajaran SIWO se-Indonesia. Pada Porwanas kali ini, putra asal Sijunjung ini merupakan Sekretaris Dewan Hakim PB Porwanas. Ketuanya, Yesayas Oktavianus, wartawan olahraga senior Indonesia.

Persiapan memberangkatkan kontingen, sebenarnya sudah dimulai jauh-jauh hari, terutama sejak Sumbar batal menjadi tuan rumah. Padahal mulanya, Sumbar yang mengajukan diri.

Tapi sudahlah. Anggaran tak memadai. Ketika itu, dalam perhitungan, dibutuhkan sedikitnya Rp 20-25 Miliar. Biaya tersebut, mayoritas tentu berharap pada APBD dan sponsor, namun momentumnya bersamaan dengan hajatan Pemilu dan Pilkada serentak. Tentu menyedot anggaran besar. Sulit untuk dipenuhi.

Dalam kondisi kesulitan dan langkah terseok-seok tersebut, secercah harapan muncul pada H-8 sebelum upacara pembukaan, atau H-4 sebelum batas akhir mengirimkan entry by name kontingen dan pembayaran kompensasi keikutsertaan.

Kendati ada harapan, namun tidak serta merta mendapatkannya. Butuh kerja ekstra seluruh personil kontingen.

“Alhamdulillah, kita bisa juga berangkat,” kata Ketua PWI Sumbar Widya Navies, sehari sebelum batas entry by name yang diberikan kepada kontingen Sumbar. Provinsi lain, sudah ditutup sebulan sebelumnya.

Setelah medali emas dari Jayusdi Effendi/Edi Jarot, selesaikah? Ternyata belum. Saat penutupan, ada dua nomor karya jurnalistik yang diumumkan. Ada anggota PWI Sumbar yang ikut.

Ketika diumumkan hasil karya jurnalistik, ada kejutan. Benar-benar kejutan. Ada nama Reviandi, Bendahara PWI Sumbar yang sehari-hari Pemred Posmetro Padang, dalam daftar pemenang.

Meski tidak medali emas atau perak, sekeping medali perunggu dari tulisan Reviandi yang berjudul Geopark Meratus, Harapan Cuan Warga Belangian dan Suplai Oksigen Dunia, menjadi pengobat lelah dan menghadirkan sorak bahagia.

Ketika itu total medali yang diraih; satu emas, satu perunggu. Capaian itu sekaligus menyamai prestasi terbaik yang sebelumnya diraih saat Porwanas di Pekanbaru, tahun 2005. Satu emas, satu perunggu.

Beberapa saat berselang, panitia mengumumkan pemenang lomba foto jurnalistik. Alhamdulillah. Ondeh mande! Ada nama Guspayendri Chaniago, di daftar peraih medali.

Wakil Bendahara PWI Sumbar tersebut memperoleh perunggu. Ia menyelesaikan pemotretan bertema flora dan fauna, hanya berbekal foto melalui selular saja.

Capaian ini tentu disambut dengan rasa syukur yang luar biasa. Ketua PWI Sumbar Widya Navies mengungkapkan kebahagiaannya. Ia tak henti-hentinya mengucapkan syukur. Begitu pun Ketua Kontingen, Sawir Pribadi dan semua personel kontingen.

Menariknya, ketiga medali diperoleh dari debut di Porwanas. Domino atau bagi masyarakat Kalsel populer dengan sebutan Dom, merupakan cabang pertama di Porwanas.

Reviandi dan Guspayendri Chaniago juga untuk pertama kalinya tampil di Porwanas.

“Alhamdulillah. Hasil ini tak lepas dari dukungan berbagai pihak,” kata Reviandi.

Hal senada juga diucapkan Guspayendri. Tak kalah harunya, Dr Amiruddin SH, MH, official karya jurnalistik.

“Sepanjang hari kami tak dapat signal karena wilayahnya sangat jauh. Naik mobil, perahu, mobil dan sepeda motor. Jauh dari keramaian,” kata Amiruddin, sekembali dari arena lomba karya jurnalistik.

Capaian satu emas, dua perunggu di Banjarmasin, menorehkan catatan sejarah tersendiri. Sejarah sepanjang keikutsertaan Sumbar dari Porwanas ke Porwanas. Melewati prestasi Porwanas di Pekanbaru. Menempatkan Sumbar di peringkat ke 16. (*) 

Exit mobile version