Mengenai sekolah yang kena abrasi, Amsuardi mengatakan bahwa sekolah tersebut ialah SDN 14 Surantih. Ia menginformasikan bahwa dinding kelas SD itu dihantam ombak kalau pasang besar.
Amsuardi menyatakan bahwa abrasi di Pasir Surantih tidak hanya mengancam rumah warga, tetapi juga mengancam jalan dan objek wisata pantai di sana.
Ia mengungkapkan bahwa jika pasang besar, ombak sampai ke jalan menuju objek wisata. Menurutnya, kini jarak jalan dengan bibir pantai hanya 2 meter akibat pantai digerus abrasi.
Sementara itu, kata Amsuardi, di objek wisata pantai, yang terdapat banyak pohon pinus, ombak sudah merobohkan 20 pohon pinus.
Ia menyebut bahwa hal itu mengancam keberadaan objek wisata tersebut karena objek wisata itu mengandalkan pohon pinus sebagai saya tarik dan tempat berteduh pedagang dan wisatawan.
“Kalau abrasi di Pasir Surantih tidak ditanggulangi, nanti semuanya habis dimakan abrasi,” ujarnya.
Amsuardi sudah sering melaporkan abrasi di Pasir Surantih kepada Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan. Ia meminta pemerintah daerah untuk membuatkan batu grip untuk memecah ombak demi mencegah terjadinya abrasi.
“Sudah berganti-ganti bupati, tetapi batu grip tidak kunjung dibuat di pantai ini,” tuturnya.
Karena itu, Amsuardi berharap kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan pemerintah pusat untuk membuatkan batu grip di kampung tersebut demi melindungi pemukiman warga. (rdr/ant)