Pembelajaran harus berbasis kemampuan dan keinginan siswa, bukan kehendak guru. Guru hanya sebagai pendamping dalam proses pencarian dan penggalian potensi individu peserta didik.
Nilai rapor bukan penentu tolok ukur utama terkait kemampuan siswa, karena itu hanya skor dari sebuah proses pembelajaran. Dengan begitu guru mesti mendampingi siswa lemah, sehingga bisa menyesuaikan.
Sebab kemampuan siswa tidak akan sama satu dengan yang lainnya. Begitu juga sekolah yang satu pastinya memiliki potensi atau keunggulan yang berbeda pula dengan sekolah yang lainnya.
Sekolah di Kecamatan Lunang atau Silaut mungkin saja lebih unggul dalam seni reog, tapi sebaliknya tidak terlalu memahami dengan seni rebab seperti sekolah di Kecamatan Sutera
“Intinya proses ini yang kita kembangkan, sehingga target brand atau keunggulan tersendiri itu bisa dicapai,” jelasnya.
Salim mengajak kepala sekolah, guru dan pengawas harus saling dukung dalam proses penggalian dan pencarian potensi siswa, sehingga Pesisir Selatan melahirkan manusia unggul dan berdaya saing global.
Anak-anak Pesisir Selatan memiliki gejala itu, karena terkonfirmasi jelas dari setiap sekolah unggul di Sumatera Barat dapat dipastikan ada putera-puteri beranda Selatan Sumatera Barat ini.
Apalagi Presiden Joko Widodo kini terus memacu lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas, unggul, menguasai keilmuan dan berdaya saing guna menyongsong Indonesia Emas pada 2024.
“Biarlah kita agak susah sekarang, demi melihat generasi gemilang kita kelak. Ini tugas mulia. Ini tugas kemanusiaan, bukan sekedar pekerjaan yang punya batas pengabdian,” tegasnya. (rdr/ant)