Kurangi Ketergantungan Pupuk Kimia, Pemkab Solsel Dorong Petani Pakai Pupuk Kompos

Setidaknya ada puluhan ribu sapi dan produksi kotorannya cukup banyak yang bisa dimanfaatkan untuk membuat pupuk kompos

Sejumlah pekerja membuat pupuk organik di Pabrik CV Indra, Panyingkiran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis (10/11/2022). (ANTARA FOTO/ADENG BUSTOMI)

PADANGARO, RADARSUMBAR.COM – Dinas Pertanian Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, mendorong petani di daerah itu untuk mengolah kotoran sapi menjadi pupuk kompos mengingat ketersediaan bahan baku yang mencukupi sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia.

“Sapi merupakan program unggulan kepala daerah saat ini. Setidaknya ada puluhan ribu sapi dan produksi kotorannya cukup banyak yang bisa dimanfaatkan untuk membuat pupuk kompos,” ujar Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian Dinas Pertanian Solok Selatan Joni Pardilo di Padang Aro, Sabtu.

Ia mengatakan pihaknya telah melatih para peternak untuk membuat pupuk organik berbahan baku kotoran sapi, namun sampai sekarang pemanfaatannya belum maksimal.

“Bupati sudah menginstruksikan untuk memberikan stimulan dalam hal pemasarannya sebab ini yang menjadi keraguan peternak atau petani,” ujarnya.

Dengan adanya pupuk kompos dari kotoran sapi, katanya setidaknya bisa mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia, khususnya pupuk subsidi yang alokasinya masih belum mencukupi.

Ia mengungkapkan kebutuhan pupuk subsidi jenis NPK sesuai dengan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) mencapai 30.000 ton dalam setahun ini, namun pemerintah pusat hanya mengalokasikan 2.500 ton dalam setahun.

Sementara untuk alokasi pupuk subsidi jenis urea, Solok Selatan mendapat 9.000 ton, namun yang bisa diambil sesuai dengan data kebutuhan yang terinput dalam e-alokasi sebesar 5.800 ton. Kendala dalam menginput data e-alokasi karena keterbatasan waktu dan jaringan internet yang kurang bagus.

Sementara seorang tokoh masyarakat Bangun Rejo, Kecamatan Sangir, Solikhin mengatakan peternak yang berada di daerahnya telah membuat pupuk organik yang dipasarkan Kerinci, Jambi dan Alahan Panjang, Kabupaten Solok.

“Tak sampai seminggu pupuk organik bisa habis. Bahkan sekarang kehabisan bahan baku sementara permintaan banyak,” kata Anggota DPRD Solok Selatan ini.

Ia menyebutkan bahwa ketersediaan bahan baku untuk pembuatan pupuk kompos banyak di daerah itu mengingat progul pemerintah daerah saat ini sedang mengembangkan peternakan sapi.

Seorang pembuat pupuk kompos di Bangun Rejo, Zainuddin mengatakan pemasaran pupuk kompos masih cukup terbuka. Selain Kerinci, Provinsi Jambi dan Alahan Panjang, Kabupaten Solok, pupuk kompos produksinya juga telah dipasarkan ke Kota Padang.

“Bulan kemarin ada sekitar 300 karung yang habis dalam sekali ambil,” ujarnya.

Harga per karung dengan berat 30 kilogram, katanya kisaran Rp50.000 hingga Rp25.000 tergantung dari tingkat kehalusan. “Semakin halus semakin mahal,” katanya.

Namun untuk saat ini dirinya mengalami kendala pasokan bahan baku karena sejumlah petani membeli langsung dari kandang dalam bentuk asalan dengan harga Rp15.000 per karung, sementara untuk menjadikan kompos membutuhkan waktu sekitar sebulan.

“Mulai dari pengeringan dan fermentasi membutuhkan sebulan, bahkan lebih. Tergantung cuaca,” ujarnya.

Agar produksinya masih berjalan, katanya yang menggeluti pembuatan pupuk kompos sejak 2014 ini, dirinya menggunakan bahan baku dari peternakannya sendiri. (rdr/ant)

Gabung WhatsApp Channel, Telegram Channel, dan follow juga Facebook, Instagram Radar Sumbar untuk update berita terbaru
Exit mobile version