PADANGARO, RADARSUMBAR.COM – Wali Nagari Lubuk Gadang Utara, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, Joni Pardilo mengimbau warga Jorong Bariang untuk sementara tidak pergi ke ladang dan menghalau dengan bebunyian pasca ditemukan sapi yang diduga mati diterkam Harimau Sumatera pada Sabtu (25/3/2023) sore.
“Lokasi sapi yang diterkam harimau dekat dengan permukiman warga. Daerah itu juga banyak ladang warga,” kata Penjabat Wali Nagari Lubuk Gadang Utara Joni Pardilo di Padang Aro, Minggu.
Ia menceritakan, pemilik ternak, Siyo, mendengar suara diduga harimau tak lama setelah sapinya diterkam pada Sabtu sekitar pukul 15.45 WIB. Sapi tersebut digembalakan di padang rumput yang berdekatan dengan hutan, tak jauh dari rumahnya.
“Sudah jadi kebiasaan masyarakat di sini kalau sapi itu digembalakan di padang rumput, kemudian sore dibawa pulang,” ujarnya.
Ia menyebutkan di tubuh sapi yang mati tersebut hanya ada bekas gigitan dan tidak ada koyakan bagian tubuh yang dimakan.
Saat ini, imbuhnya warga Jorong Bariang melakukan pengusiran dengan menggunakan suara senapan angin. “Saya juga mengimbau warga untuk sementara tidak pergi ke ladang dan tidak risau,” ujarnya.
Ia mengungkapkan bahwa warga setempat sudah terbiasa melihat jejak-jejak harimau. “Dari informasi warga, mereka sudah biasa melihat jejak harimau. Tapi yang ingin luar biasa karena sudah dua kali harimau muncul meski di tempat berbeda,” katanya.
Kemunculan Harimau Sumatera kali ini merupakan kedua kalinya pada bulat Maret 2023. Harimau Sumatera sebelumnya pernah menerkam kerbau warga Koto Rambah, berjarak sekitar 3 kilometer dari Jorong Bariang, pada Minggu (7/3/2023).
Melihat kondisi ini, sebutnya pihaknya ingin konsultasi dengan pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat. “Sebetulnya apa sih masalahnya. Informasinya, BKSDA hari ini datang ke lokasi konflik tersebut,” ujarnya.
Dari konflik sebelumnya, katanya pihaknya memperoleh informasi dari warga bahwa BKSDA memberikan solusi dengan pembuatan kandang komunal. “Informasi dari warga iya ada itu, tapi BKSDA belum ada bilang ke saya terkait kandang komunal,” ujarnya.
Sementara itu Direktur LSM Indonesian Conservation Society (ICS), yang bergerak di bidang konservasi alam, Salpa Yanri, mengungkapkan ada sejumlah kemungkinan penyebab Harimau Sumatera tersebut keluar dari hutan.
Yang pertama, katanya, adanya ancaman dari dalam hutan, baik dari manusia atau sesama satwa liar lain. Kemudian ada pendatang baru sehingga kalah dalam bersaing yang membuatnya harus keluar dari daerah jelajahannya.
“Sementara yang ketiga, harimau itu sedang mengajarkan anaknya berburu,” ujarnya.
Dari informasi warga, katanya, sapi tersebut hanya diterkam dan tidak dimakan. “Kalau harimau lapar, mangsa selain dimakan juga akan dibawa untuk disimpan dengan cara disembunyikan,” ujarnya.
Menurutnya, sapi merupakan mangsa yang bagus untuk mengajari anaknya berburu karena tidak liar dan mudah direbahkan. “Kalau rusa atau babi itu liar dan larinya cepat. Juga harus diintai,” ujarnya.
Untuk memastikan penyebab Harimau tersebut keluar dari hutan, katanya harus dilakukan identifikasi. “Salah satunya dari jejak. Dari jejak tersebut bisa diketahui jumlah berapa ekor, jenis kelaminnya, usianya,” ujarnya.
Pihaknya, imbuhnya juga telah dihubungi oleh Wali Nagari Lubuk Gadang Utara untuk memberikan masukan terkait konflik ini. “Saya sampaikan untuk sementara hewan ternak yang digembalakan di daerah itu dibawa ke kampung dulu yang aman,” ujarnya.
Ia juga meminta masyarakat Bariang mengusir dengan bebunyian seperti kentongan, meriam bambu atau lainnya.
ICS yang berbasis di Solok Selatan, katanya juga telah memberikan sosialisasi ke sejumlah daerah yang berpotensi terjadinya konflik satwa, terutama dengan harimau, terkait pembuatan kandang yang aman dari hewan buas.
“Seperti kandang yang dilindungi dengan kawat berduri atau dengan memberikan pencahayaan di kandang,” ujarnya. (rdr/ant)