Hadapi Pemilu 2024, Ponpes Ini Ajarkan Santri Bersikap Tawasuth

Di era digitalisasi sekarang ini, nilai-nilai agama sudah memudar dan tidak terpancar dalam setiap interaksi yang berlangsung.

SOLOK, RADARSUMBAR.COM – Peran semua pihak mensukseskan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sangat dibutuhkan agar tidak terjadi gesekan dan polarisasi berkelanjutan.

Setidaknya itulah yang dilakukan oleh Pondok Pesantren (Ponpes) Darut Thalib yang berada di Kota Solok, Sumatera Barat (Sumbar).

Pimpinan Ponpes Darut Thalib, Ustaz Boby Gustiadi mengatakan, pihaknya menginginkan pemilu berjalan dengan aman, damai dan lancar serta menerapkan ilmu tawasuth.

Hal tersebut diutarakannya saat melakukan pertemuan dengan Direktorat Intelijen dan Keamanan (Ditintelkam) Polda Sumbar.

“Kami menghimbau masyarakat agar menjalani tahun politik ini dengan damai tanpa ada saling hujat, ujaran kebencian, politik identitas, black campaign dan juga berita hoaks,” katanya kepada Radarsumbar.com via pesan singkat, Jumat (23/6/2023) sore.

Selain itu, kata Boby, pihaknya selalu mengajarkan para santri untuk bersikap tawasuth, yakni sikap moderat tidak ekstrem dan tegak lurus tanpa berpihak ke kanan atau kiri.

“Sikap ini mengutamakan toleransi, saling menghargai pendapat,” katanya.

Selain itu, kata Boby, pihaknya juga mengarahkan para santri agar menjadi duta rahmat dengan menyebar kasih sayang dan kebaikan. “Bukan menjadi duta laknat, yang suka laknat orang sana-sini,” katanya.

Menurutnya, agama sebagai keyakinan dan kepercayaan umat beragama, menjadikan itu sebagai sumber tertinggi dalam diri setiap manusia.

Sikap kebaikan dan kebijaksanaan akan terpancar pada setiap aktivitas keseharian.

Namun di era digitalisasi sekarang ini, nilai-nilai agama sudah memudar dan tidak terpancar dalam setiap interaksi yang berlangsung.

“Maka dari itu, menjalankan esensi agama sesuai dengan mestinya perlu diperbaharui kembali,” katanya.

Di tengah banyaknya berbagai macam aliran keras, radikal, yang tidak mengutamakan persatuan, maka moderasi beragama merupakan jawaban dari itu semua.

“Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan bernegara,” katanya.

Tidak hanya paham radikal yang perlu diantisipasi, sikap tawasuth atau berada di posisi tengah juga mesti perlu muncul dalam diri dan tindakan.

“Ini bukan satu yang hal yang baru, para guru-guru dan ulama-ulama kita terdahulu sudah mengajarkan hal seperti ini,” katanya.

Semestinya keberadaan Ponpes, kata Boby, harus menjadi wadah untuk pengkaderan orang-orang yang akan berada di tengah-tengah masyarakat dan menyebarkan moderasi beragama wabil khusus Islam yang Rahmatan Lil Alamin.

Era teknologi informasi yang menghadirkan segala kecepatan banyak sekali bertebaran informasi di tengah-tengah masyarakat, baik itu benar ataupun salah.

“Maka sebagian daripada umat hari ini banyak yang gampang terpancing emosinya saja teradu domba dengan berita palsu atau bohong (hoaks), sehingga terjadi perpecahan di tengah masyarakat,” tuturnya. (rdr-008)

Exit mobile version