Baliho tersebut menginterpretasikan bahwa suami dari Emiko itu menyatakan siap maju menjadi Gubernur Sumbar tahun 2024.
Meski diserang dengan berbagai pola, Mahyeldi terlihat lebih adem ketimbang sang pelaut.
Cacian, makian hingga serangan terhadap personal bahkan ditanggapi santai oleh Mahyeldi.
Menangggapi hal tersebut, Pengamat politik dari Universitas Negeri Padang (UNP), Eka Vidya Putra mengatakan menilai bahwa penampakan akrabnya Mahyeldi dan Epyardi sebagai kedewasaan keduanya dalam berpolitik, demikian dinukil dari laman Tribun Padang.
“Berpolitik ialah berkompetisi, dan bukan berarti bermusuhan. Dalam kompetisi itu, para kandidat memanfaatkan kelemahan lawan, dan mengedepankan kekuatan mereka,” katanya.
Senggol-menyenggol dalam pertarungan poitik menurutnya hal biasa, namun bukan berarti tidak bersahabat, tidak berteman, tidak bertegur sapa.
“Artinya bagi saya itu (keakraban Mahyeldi dan Epyardi) hal yang biasa saja dalam politik, menunjukkan kedewasaan berpolitik. Lalu kemudian nanti nya saling berkompetisi lagi, nyindir lagi itu hal yang biasa saja,” kata pria yang juga Direktur Revolt Institute tersebut. (rdr)