JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Dengan memakai speedboat dan jet ski, para pemburu di Kepulauan Faroe menangkap dan membantai lebih dari 1.400 lumba-lumba sisi putih pada Minggu (12/9). Bangkai mamalia laut yang tampak terkoyak itu dibiarkan berjejer di tepi pantai.
Peristiwa ini memicu protes keras dari para konservasionis dan penduduk asli Faroe. Masyarakat Konservasi Gembala Laut (The Sea Shepherd Conservation Society) menganggap pembunuhan ini sebagai pembantaian. Perburuan lumba-lumba sendiri adalah tradisi kuno yang ada di Kepulauan Faroe, wilayah otonomi Denmark yang terletak di antara Norwegia, Skotlandia, dan Islandia. Budaya ini sudah ada sejak zaman Viking, dikenal sebagai Grindadrap atau menggiling.
Dalam praktiknya, para pemburu akan mendorong paus pilot atau spesies lumba-lumba lainnya ke pulau Fjord untuk dibunuh menggunakan tombak khusus. Ini adalah satu-satunya perburuan mamalia laut yang masih dilakukan di Eropa Barat. Daging lumba-lumba biasanya akan dipotong-potong kemudian dibagikan ke penduduk setempat. Namun, pada perburuan kali ini, lumba-lumba yang dibunuh dinilai terlalu banyak untuk dibagikan ke sekitar 53.000 penduduk Kepulauan Faroe.