“Pasalnya, ini sampah sudah bertahun-tahun, sudah berpulun-pulun, maka jika dikerjakan secara manual juga tidak akan mampu,” katanya.
Mairizon menyebut bahwa terdapat dua faktor yang menjadi penyebab sampah di Pantai Padang dan Muaro Lasak menjadi bertumpuk ke pinggir laut.
“Pertama, karena faktor alam. Sampah yang sudah lama mengendap di dalam laut akan keluar ketika hujan deras. Kemudian, ulah perbuatan manusia yang suka membuang sampah sembarangan,” katanya.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, maka pihaknya telah mengajukan pengadaan alat pengangkut sampah khusus seperti yang telah dimiliki oleh Provinsi Bali dan Taman Impian Jaya Ancol di Jakarta Utara (Jakut), Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta.
Alat itu diberi nama Beach Cleaner yang berfungsi menyaring pasir dari sampah atau kotoran yang berada dipermukaan maupun di dalam pasir.
Cara kerja alat tersebut adalah dengan menyerap sampah sekaligus memisahkannya dari pasir pantai. Dengan sistem vacum atau penyedotan, seluruh sampah yang terangkut akan terpilah dan menumpuk di bak yang terdapat dalam alat itu.
Daya tampung sampah juga tak main-main, mencapai 1,5 ton. Sampah mampu ditampung dan dapat membersihkan area pantai seluas 7 hektare dalam waktu satu jam.
“Saya telah mengajukannya untuk tahun anggaran 2024, alat itu kami yakini bisa mengatasi persoalan sampah yang telah menahun di dua titik (Pantai Padang dan Muaro Lasak) tersebut,” tuturnya. (rdr-008)