Ketika sudah memeluk Islam, Risdo mengatakan baru merasa mempunyai agama. Dia mengaku nyaman dan lebih tenang menjalani agama barunya itu. Namun, ujian pertama datang ketika sang ibu menentang keputusannya untuk menjadi mualaf, karena menganggap Risdo masuk Islam karena wanita.
“Ibu menuduhnya karena dia. Saya bilang, oh bukan bu, ini dari hati saya. Kalaupun saya putus sama dia, saya tetap memilih Islam. Sementara dulu, ibu berharap sekali ‘lo harus masukin pacar lo Kristen ya’. Natalan saya ajak, Tahun Baru diajak. Tapi, setiap ngajak itu kaya ada merasa bersalah. Sekarang malah terbalik, malah saya yang jadi Islam,” ujarnya.
Sang ibu menangis dan merasa sangat sedih setelah mengetahui keputusan anaknya itu. lbu Risdo berusaha menasihati anaknya agar kembali ke agamanya terdahulu, tapi gagal. “Sampai akhirnya ibu menyerah dan mengatakan ‘5 anak saya,’ saya anak nomor 2. ‘Anak kedua saya sudah saya anggap mati. Kamu, sudah saya anggap mati, keluar kamu dari rumah,” kata dia.
Mendengar perkataan sang ibu, Risdo Matondang malah merasa bersyukur karena hanya diusir dan dianggap sudah meninggal. Menurut dia, kondisinya jauh lebih baik jika dibandingkan mualaf-mualaf lain di luar sana. “Karena banyak saudara-saudara kita yang di luar sana ada yang sampai disiksa sama keluarganya, dikurung, dipukul supaya kembali ke agama yang lama. Tapi saya hanya mendapatkan, ‘kamu sudah saya anggap mati, keluar,” ujarnya.
“Dan Alhamdulillah, sekarang ini ibu saya itu paling betah tinggal sama saya. Ibu saya paling nyaman dan paling bisa berlama-lama tinggal sama saya dibanding saudara-saudara yang lain. Ya, mungkin ini karunia buat saya,” tutur Risdo Matondang. (viva.co.id)