Meningkatnya tren belanja online, lanjut Rofi, juga berdampak signifikan terhadap meningkatkan sampah plastik. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dalam laporan yang dilakukan April-Mei 2020 mencatat bahwa kemasan belanja online meningkat 62 persen dan kemasan pengantaran makanan meningkat hingga 47 persen.
Frekuensi belanja online pun meningkat dua kali lipat dari sekitar lima kali sehari menjadi 10 kali sehari. Ada pun 96 persen kemasan belanja online berisi, dibungkus dan dibawa menggunakan plastik sekali pakai. “Ini yang jadi salah satu sumber penambahan (sampah) plastik,” katanya.
Indonesia sendiri menargetkan pengurangan sampah laut hingga 70 persen pada 2025 sebagaimana target yang tertuang dalam Peraturan Presiden No. 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut.
Setidaknya ada lima Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk mewujudkan target tersebut, antara lain gerakan nasional untuk meningkatkan kesadaran pemangku kepentingan; pengelolaan sampah di darat; pengelolaan sampah di wilayah pesisir dan laut; mekanisme pendanaan, penguatan kelembagaan, pengawasan dan regulasi; serta penelitian dan pengembangan.
Meski masih jauh dari target, sepanjang tahun 2018-2020, tercatat telah terjadi penurunan jumlah kebocoran sampah ke laut sebesar 15,3 persen. (ant)