JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Juru Bicara Kantor Komunikasi Presiden atau Presidential Communication Office (PCO) Adita Irawati mengatakan predikat Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia menunjukkan kekuatan budaya gotong-royong dan solidaritas yang sudah menjadi identitas bangsa.
Ia mengingatkan agar modal tersebut sangat penting untuk membantu sesama anggota masyarakat yang saat ini terdampak bencana.
“Untuk ketujuh kalinya, tujuh tahun berturut-turut, Indonesia menjadi negara paling dermawan di dunia sejak 2017,” kata Adita Irawati dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Charities Aid Foundation (CAF) dalam publikasi tahunannya, World Giving Index 2024, menempatkan Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Gallup di 140 negara, 90 persen responden di Indonesia pernah membantu orang asing, menyumbangkan uang, menyumbangkan waktu, dan memberikan sumbangan kepada orang lain.
Dita mengatakan dalam periode 1 November hingga 13 Desember 2024, telah terjadi bencana seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan erupsi gunung berapi di lebih dari 50 wilayah di Indonesia.
Tercatat beberapa bencana yang melanda seperti banjir bandang di Sukabumi dan Cianjur, erupsi Gunung Lewotobi Laki Laki di Nusa Tenggara Timur dan enam wilayah lain, gempa bumi di 10 wilayah dengan skala rendah dan bencana-bencana lainnya.
“Presiden telah memberi apresiasi atas penanganan bencana, khususnya di Gunung Lewotobi, saat Sidang Kabinet Paripurna. Hal ini menunjukkan kepedulian beliau terhadap aksi gerak cepat tanggap darurat untuk membantu masyarakat yang terdampak,” ujarnya.
Adita menjelaskan bahwa pemerintah telah bergerak cepat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kementerian/lembaga terkait, TNI dan POLRI serta pemerintah daerah untuk memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak.
Dita mengatakan BMKG telah memprediksi cuaca ekstrem akan terus terjadi hingga Maret-April 2025 akibat fenomena La Nina lemah yang meningkatkan curah hujan sebesar 20 persen.
Presiden Prabowo dalam Asta Cita dan Visi Indonesia Maju menekankan pentingnya kesiapsiagaan dan solidaritas dalam menghadapi bencana. Pertama, sigap, dan gesit dalam merespons bencana alam, memberikan tanggap darurat yang cepat dan tepat.
“Koordinasi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat untuk merespons bencana sudah terjadi dalam waktu singkat, namun tetap efektif,” katanya.
Kedua, kata Adita, Presiden Prabowo ingin pembangunan infrastruktur yang tangguh dan berkelanjutan seperti gedung, jalan, kantor pemerintahan dan infrastruktur lainnya yang kuat dan tahan bencana penting untuk mengurangi dampak bencana.
“Termasuk penggunaan teknologi. Hadirnya sistem peringatan dini, peta bencana digital buatan BNPB, dan prakiraan juga modifikasi cuaca oleh BMKG, sangat penting memperkaya dan memutakhirkan rencana kontinjensi,” ujarnya.
Terakhir dan tidak kalah pentingnya, kata Adita, adalah solidaritas dan gotong-royong. Dalam situasi bencana masyarakat yang saling membantu akan membuat pemulihan dan rehabilitasi lebih cepat.
“Early warning system, dukungan teknologi, harus tetap dikaitkan dengan solidaritas dan gotong royong. Dengan demikian, Indonesia dapat menjadi negara yang lebih maju, berdaulat, sejahtera, dan tangguh hadapi bencana,” katanya. (rdr/pco)
Komentar