Ia menambahkan, berkurangnya ketersediaan pakan berupa babi bisa jadi akibat daerah itu pernah ditemukan puluhan ekor babi mati secara mendadak semenjak tiga bulan belakangan.
Dari hasil pemeriksaan sampel bagian tubuh babi di Balai Viteriner Bukittinggi, tambahnya, dinyatakan positif terpapar virus African Swine Fever (ASF) atau virus flu babi Afrika. “Dengan kematian itu populasi babi berkurang, sehingga harimau mencari mangsa ke permukiman warga,” katanya.
Ia mengakui, Resor BKSDA Agam telah melakukan penanganan konflik manusia dengan harimau semenjak 1 Desember 2021, setelah sapi warga dimangsa harimau. Setelah itu, pihaknya melakukan pengusiran beberapa hari, namun harimau kembali muncul dan mengevakuasi dengan cara memasang dua kandang jebak. “Kandang jebak telah kita pasang selama tujuh hari dan belum berhasil menangkap harimau,” katanya. (ant)