JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Pasukan Rusia tiba di Kazakhstan atas permintaan presiden otoriter negara itu, di tengah upaya menumpas aksi protes anti-pemerintah.
Suara tembakan senapan mesin bergema di kota terbesar Kazakhstan, Almaty, seiring korban jiwa terus bertambah. Di alun-alun utama, gedung-gedung pemerintah terbakar dan pasukan keamanan menekan ratusan demonstran. Presiden menyalahkan “teroris” yang dilatih oleh pihak asing, tanpa memberikan bukti.
Dalam sebuah pidato di saluran TV pemerintah pada hari Rabu (05/01), Presiden Kassym-Jomart Tokayev meminta bantuan kepada Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia untuk memadamkan protes. Blok tersebut mencakup Rusia, Kazakhstan dan negara-negara bekas Soviet yaitu Belarus, Tajikistan dan Armenia.
Pasukan yang dikirim ke Kazakhstan dilaporkan berjumlah sekitar 2.500 tentara. CSTO mengatakan tentara-tentara itu adalah pasukan penjaga perdamaian dan akan melindungi instalasi negara dan militer. Mereka akan tinggal di negara itu selama beberapa hari atau minggu, lansir kantor berita Rusia RIA.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan sedang memantau dengan cermat pengerahan pasukan Rusia. “Amerika Serikat dan, terus terang, dunia akan mengawasi setiap pelanggaran hak asasi manusia,” kata seorang juru bicara. “Kami juga akan mengawasi tindakan apa pun yang mungkin menjadi dasar untuk penyitaan institusi-institusi Kazakh.”
PBB, AS, Inggris, dan Prancis telah meminta semua pihak untuk menghentikan kekerasan. Adapun Dubes RI di Kazakshtan, Fadjroel Rachman, telah menyampaikan agar para WNI di negara tersebut untuk selalu waspada, menjauhi kerumunan, dan tidak bepergian ke luar rumah kecuali untuk hak-hal penting. “Ada 141 orang WNI di Kazakshtan,” kata Fadjroel kepada BBC News Indonesia.
Sekitar 18 anggota pasukan keamanan tewas di Almaty, kata para pejabat, dan polisi, telah membunuh puluhan orang yang disebut sebagai “perusuh” dalam semalam.
Saule, seorang pekerja konstruksi berusia 58 tahun yang ikut serta dalam aksi protes, berkata kepada kantor berita AFP bahwa dia melihat pasukan keamanan menembaki para demonstran. “Kami melihat mereka tewas,” katanya. “Sekitar 10 orang tewas dalam sekejap.”
Kementerian Dalam negeri Kazakhstan mengatakan 2.298 pengunjuk rasa juga telah ditahan. Adapun kepolisian mengatakan puluhan orang tewas. Kerusuhan dimulai pada hari Minggu ketika harga liquefied petroleum gas (LPG) – yang digunakan banyak orang di Kazakhstan untuk bahan bakar mobil mereka – naik dua kali lipat, membuat para pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan.