Gempa megathrust Selat Sunda menjadi perhatian BMKG karena wilayah tersebut berada di antara dua gempa besar yang pernah terjadi, yakni gempa Pangandaran pada 2006 dan gempa Bengkulu pada 2008, yang keduanya memicu tsunami. “Kita tahu wilayah ini sudah ratusan tahun tidak terjadi gempa besar, dan kita juga tahu daerah ini merupakan kawasan yang berada di antara dua gempa besar yang pernah terjadi,” kata Daryono.
Lokasi Selat Sunda yang berada di antara kedua wilayah tersebut membuatnya menjadi zona kosong gempa besar yang suatu saat bisa terjadi. Menurut data yang ada, Selat Sunda pun pernah mengalami tsunami sebanyak 10 kali, mulai dari yang disebabkan oleh gempa, Gunung Krakatau, hingga akibat longsor.
Maka dari itu, BMKG memberi perhatian yang cukup besar dalam melakukan langkah mitigasi. Di wilayah tersebut, BMKG memiliki peralatan yang lengkap untuk melakukan monitoring dan peringatan dini, seperti sensor seismik, tide guide, automatic water system, dan lain-lain.
“Kawasan ini (Selat Sunda) menjadi kawasan yang paling lengkap dalam monitoring dan peringatan dini Indonesia tsunami early warning system,” jelasnya. (cnnindonesia.com)