Kirby menyatakan, jika NATO memutuskan untuk mengaktifkan Pasukan Respons, Amerika Serikat akan menyumbangkan sejumlah unit militer. “Ini adalah seruan NATO. Bagi kami, kami ingin memastikan bahwa kami siap jika panggilan itu datang. Dan itu berarti memastikan bahwa unit yang akan berkontribusi untuk itu siap secepat mungkin dalam waktu sesingkat mungkin,” ujarnya.
Menurut Kirby, beberapa unit akan diperintahkan untuk siap untuk disebarkan hanya dalam waktu lima hari. Di antara 8.500 tentara, belum ditentukan jumlah yang dapat dikirim ke Eropa untuk tujuan selain mendukung Pasukan Respons NATO. Tanpa memberikan perincian, dia mengatakan mereka mungkin dikerahkan jika situasi lain berkembang.
Selain itu, Presiden AS Joe Biden pun telah berkonsultasi dengan para pemimpin utama Eropa, menggarisbawahi solidaritas AS dengan sekutu di wilayah itu. Biden mengadakan panggilan video 80 menit membahas pembangunan militer Rusia dan tanggapan potensial terhadap invasi. “Saya mengadakan pertemuan yang sangat, sangat, sangat baik, kebulatan suara total dengan semua pemimpin Eropa. Kita akan membicarakannya nanti,” kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih.
Gedung Putih mengatakan para pemimpin menekankan keinginan solusi diplomatik untuk krisis yang terjadi. Namun, mereka juga membahas upaya untuk mencegah agresi Rusia lebih lanjut. “Termasuk persiapan untuk memaksakan konsekuensi besar dan biaya ekonomi yang parah pada Rusia untuk tindakan tersebut serta untuk memperkuat keamanan di NATO sayap timur,” ujar pernyataan Gedung Putih.
Menempatkan pasukan yang berbasis di AS dalam kewaspadaan tinggi untuk Eropa menunjukkan berkurangnya harapan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin akan mundur. Selain masa depan Ukraina, hal lain yang dipertaruhkan adalah kredibilitas aliansi NATO yang merupakan pusat strategi pertahanan AS. Sedangkan bagi Biden, krisis tersebut merupakan ujian besar atas kemampuannya untuk membentuk sikap sekutu yang bersatu melawan Putin.
Juru bicara Istana Kremlin Dmitry Peskov mengatakan NATO dan AS yang berada di balik meningkatnya ketegangan, bukan Rusia. “Semua ini terjadi bukan karena apa yang kami, Rusia, lakukan. Ini terjadi karena apa yang NATO, AS lakukan,” kata Peskov. (republika.co.id)