Seiring berjalanya waktu saat mengembalakan ternak nenek moyang melubangi saluang yang telah dibuat tempat tiupnya tadi dengan menggunakan api rokok dan menghasilkan tiga buah lubang yang bernada. Berangkat dari kreatifitas masyarakat, saluang panjang ini kemudian berubah menjadi instrumen musik meskipun dengan mode yang sama dengan saluang biasanya.
Dia menjelaskan, memainkan saluang panjang ini memiliki karakteristik tersendiri berbeda dari segi bentuk, ukuran, jumlah lubang nada, tangga nada, dan cara memainkanya. Saluang Panjang mempunyai tiga buah lobang nada dan akan menghasilkan empat tingkatan nada serta memiliki empat jenis warna bunyi sesuai dengan tingkatan oktafnya.
Bentuk alat musik tradisi ini juga beragam, ada yang memiliki ruas dan ada pula yang tidak memiliki ruas, tetapi memiliki reed sebagai penghasil bunyi dengan menggunakan daun tebu atau daun kelapa jadi, sumber penghasil bunyinya lebih mirip dengan Suling Sunda. Dia menambahkan, penggunaan saluang panjang pada masa sekarang adalah sudah mulai berkembang seperti penggiring musik Randai maupun syukuran panen petani yang berhasil. (ant)