Dua militan ISIS lainnya tewas setelah menembaki helikopter AS yang dikerahkan dalam penggerebekan ini. Disebutkan pejabat senior AS itu bahwa Quraishi menggunakan gedung tiga lantai itu dan sebuah keluarga yang tinggal di lantai dasar sebagai ‘tameng pelindung’, yang mempersulit perencanaan penggerebekan ini.
Para pejabat AS tidak bisa menjelaskan perbedaan laporan korban jiwa versi pihaknya dengan versi petugas penyelamat Suriah, yang menyebut sedikitnya 13 orang tewas, termasuk empat wanita dan enam anak-anak. “Sangat jelas dari peninjauan operasi secara real-time bahwa ledakan besar di lantai tiga merupakan penyebab jatuhnya korban jiwa,” sebut pejabat AS itu.
Kematian Quraishi menjadi kemunduran bagi ISIS setelah tiga tahun lalu dipukul mundur dari Irak dan Suriah. Sejak saat itu, ISIS melancarkan rentetan serangan di Irak dan Suriah, dengan yang terbaru melibatkan penyerbuan penjara di Suriah yang menjadi tempat militan ISIS ditahan.
Quraishi yang warga Irak dan berusia 45 tahun, ini jarang muncul ke publik sejak menggantikan Baghdadi. Dia sempat terluka dan kehilangan salah satu kakinya dalam serangan udara AS tahun 2015. Biden dan para pejabat AS menyebut sosok Quraishi sebagai ‘kekuatan penggerak’ di balik genosida minoritas Yazidi di Irak tahun 2014 lalu, dan dia disebut mengawasi jaringan luas ISIS dari Afrika hingga Afghanistan.
“Operasi tadi malam menewaskan seorang pemimpin teroris besar di medan pertempuran dan mengirimkan pesan kuat kepada teroris di seluruh dunia: Kami akan memburu Anda dan menemukan Anda,” tegas Biden dalam pernyataannya. (detik.com)