Meskipun begitu, kondisi ini biasanya bisa diobati dengan menyuntik penis, menggunakan jarum atau sayatan kecil untuk mengalirkan darah dari ruang ereksi, serta menggunakan es batu. “Beberapa kasus priapismus iskemik telah dipublikasikan, kebanyakan dari mereka mempengaruhi pasien dengan gejala parah yang memerlukan rawat inap dan masuk ICU,” kata para dokter.
- Disfungsi ereksi
Sejak awal pandemi, sejumlah dokter mulai memperingatkan bahwa COVID-19 bisa menyebabkan disfungsi ereksi pada pria. Akibatnya, hal ini bisa memicu sejumlah masalah kesehatan lainnya, seperti impotensi. Sebagai informasi, impotensi adalah kondisi ketika penis tak mampu ereksi atau mempertahankan ereksi, sehingga kegiatan seksualnya pun menjadi terhambat.
Ahli urologi di Klinik Cleveland di Ohio, dr Ryan Berglund, mengakui telah menemukan pasien yang mengalami masalah ini. “Pembuluh darah itu sendiri yang dapat meradang, dapat menyebabkan fenomena obstruktif dan berdampak negatif pada kemampuan ereksi,” tuturnya.
- Ukuran penis menyusut
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh University College London, menemukan sekitar 200 dari 3.400 orang mengalami gejala langka seperti penis mengecil akibat COVID-19. “Hampir lima persen pria mengalami penurunan ukuran testis/penis,” tulis temuan yang dipublikasikan di Lancet’s EClinicalMedicine.
Tak hanya itu, Ashley Winter MD, seorang ahli urologi di Portland, juga mengungkapkan bahwa mengalami disfungsi ereksi dapat menyebabkan pemendekan pada penis. “Memang benar bahwa memiliki disfungsi ereksi menyebabkan pemendekan,” katanya.
“Anda memiliki periode waktu di mana penis tidak meregang dengan sendirinya, di mana tidak, Anda tahu, mendapatkan semua darah penuh ke dalamnya, dan itu dapat menyebabkan jaringan parut pada penis dan pemendekan penis,” lanjutnya. (detik.com)