Indonesia mengambil langkah serupa, dengan juru bicara Kementerian Luar Negeri mengatakan, Jakarta prihatin dengan eskalasi konflik bersenjata di Ukraina. Namun, pernyataan tersebut menggunakan istilah yang dianggap salah oleh banyak orang sebagai konflik. Ketika satu negara menyerang negara lain, itu melanggar kedaulatan negara lain.
Presiden Indonesia Joko Widodo juga melalui Twitter pada 24 Februari 2022 untuk menyerukan diakhirinya perang. Tapi, tidak ada di Tweet-nya yang langsung memention pemerintahan Rusia. “Hentikan perang. Perang membawa kesengsaraan bagi umat manusia dan menempatkan seluruh dunia dalam bahaya,” tulis Tweet-nya.
Terlepas dari kecaman luas dari kekuatan lain, mayoritas negara Asia Tenggara tetap relatif tenang. Tapi mungkin ada beberapa alasan di balik keheningan ini.
Yang pertama dan paling jelas adalah kebijakan non-intervensi ASEAN, yang menyatakan bahwa negara-negara anggota tidak ikut campur dalam urusan internal negara lain, termasuk anggota ASEAN lainnya.
Namun, para ahli percaya bahwa kebijakan ini sangat rapuh dan rentan disalahgunakan. Kemudian, mayoritas negara Asia Tenggara masih tergolong ‘berkembang’. Ini berarti mereka sangat bergantung pada pemain eksternal (di luar wilayah) untuk tetap bertahan dan mengejar ketinggalan.
Ini melibatkan membina hubungan diplomatik, serta hubungan ekonomi dengan negara-negara yang jauh lebih kuat. Sementara, hubungan perdagangan Rusia dengan Asia Tenggara memiliki status penting di blok regional yang memerlukan kerja sama di berbagai bidang, termasuk politik, keamanan, ekonomi dan sosial. (rdr)