“Di musim Pancaroba ini tidak jarang terjadi cuaca ekstrim, misalnya angin ribut, puting beliung, curah hujan yang kadang terlalu tinggi, awan panas, dan banyak badai tropis lainnya,” katanya.
“Pancaroba ini ya musim ekstrim (Mei dan September) untuk di Indonesia. September-Oktober (secara astronomi 22-23 September) yaitu peralihan dari musim kemarau ke musim hujan,” tambah dia.
Secara Astronomi, papar Wayan Suparta, sejak 21-22 Maret setiap tahun terjadi gerak semu tahunan Matahari. Posisi Matahari berada di wilayah utara ekuator mengindikasikan jika sebagian wilayah Indonesia akan mulai masuk pada musim kemarau.
“Posisi matahari di utara Khatulistiwa ya artinya daerah bagian atas (utara) akan banyak menerima sinar radiasi matahari (panas),” sebut Wayan.
Lebih lanjut, Wayan mengungkap kalau posisi Matahari seolah-olah berubah setiap tahun mengikuti rasi bintang jika dilihat dari Bumi. Maka dari itu fenomena tersebut dinamakan gerak semu tahunan Matahari.
“Padahal matahari sebagai pusat tata surya itu tidak bergerak, kita yang seolah-olah melihatnya bergerak atau berubah posisi. Setiap perubahan ini tentu akan membawa dampak badai meteorologi atau perubahan iklim,” jelasnya. (rdr/htk)