Sri lantas mencurigai kedua pemuda itu. Namun, satu dari dua pemuda itu justru menghampirinya. “Ibu Sri kan?” kata pemuda itu.
“Kamu siapa?” kata Bu Sri.
“Ibu, ini saya bu. Murid ibu dulu di SMP 3.”
Sri mengatakan, pemuda itu akhirnya memeluknya dan menangis.
Pemuda itu kemudian bertanya kepada Ibu Sri ada di pinggiran jalan. Ia lalu menjelaskan perihal motornya yang mogok.
“Akhirnya dia bilang, ‘Ya sudah, ibu naik motor dengan teman saya. Motor ibu saya yang bawa, nanti didorong.” Begitu, padahal jarak dari jalan itu ke hotel tempat saya menginap 10 kilometer,” kata Sri.
Keesokan harinya, pemuda itu datang lagi ke hotel tempat Sri menginap untuk mengantarkan sepeda motor. “Tidak hanya sudah benar, tapi sudah bersih itu motor saya. Dicucinya,” jelasnya.
Selang dua hari kemudian, Sri kembali ke hotel itu untuk check-out. Saat mau membayar tagihan hotel, dia justru mendapat informasi mengagetkan. “Orang hotelnya bilang semua tagihan saya sudah dilunasi pemuda yang mengaku mantan murid saya.”
Ibu Sri kemudian menjelaskan kepada murid-muridnya hikmah dari pengalamannya tersebut.
“Ternyata benar, mencetak karakter, kedisiplinan siswa yang bagus akan membuat dirinya menjadi baik. Tapi kalau hanya mencetak siswa memakai selembar kertas nilai, belum tentu,” katanya. Unggahan tersebut mendapat pujian dari warganet. Mereka menilai Sri sebagai guru yang bijak. (rdr/suara.com)