Viral Video Meteor Jatuh di Lampung, Ternyata Sampah Antariksa dari Roket China

Ilustrasi roket meluncur. (reuters)

JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Roket China, Long March 5B, meluncur mengantarkan muatan ke stasiun luar angkasa Tiangong pada Rabu (27/7/2022) lalu. Kini, puing dari roket tersebut jatuh tak terkendali ke Bumi pada Sabtu (30/7/2022) dini hari.

US Space Command mengkonfirmasi badan dari roket tersebut masuk atmosfer Bumi dan jatuh di Samudra Hindia, tepatnya di dekat Kalimantan bagian utara. Beberapa video amatir memperlihatkan sampah roket itu sampai ke langit utara Kalimantan bagian Malaysia, yakni sekitar Sarawa, Bintulu, Sibu, dan sekitarnya.

Dari beberapa video yang beredar di media sosial, masyarakat melihat objek bersinar mirip ‘puluhan meteor jatuh’ sekaligus menembus awan. Salah satu contoh video berasal dari Kuching, Serawak, Malaysia.

Hal ini juga dikonfirmasi US Space Command. Dari tweet-nya, mereka menyebut badan roket ‘jatuh’ dari orbitnya dan masuk kembali ke Bumi pada Sabtu (30/7/2022) sekitar pukul 23:45 WIB.

Roket Long March 5B, dengan nomor seri CZ-5B, diluncurkan dari Provinsi Hainan, China, dengan tujuan misi mengirim modul percobaan Wentian bertenaga surya ke stasiun luar angkasa Tiangong. Muatan yang besar membuat roket ini membutuhkan bahan bakar yang banyak, timbal baliknya roket juga memiliki ukuran yang besar. Video lain dari Bintulu, Malaysia, juga memperlihatkan bongkahan roket hancur di atmosfer.

Di lain pihak, lembaga China Manned Space Agency, melalui media sosial Weibo, menyatakan lokasi re-entry yang berbeda dengan US Space Command. Mereka mengaku bahwa bodi roket baru masuk atmosfer di sekitar laut Sulu, antara Kalimantan dan Filipina.

“(Puing-puing tahap terakhir roket pembawa Long March 5B Yao-3 telah kembali memasuki atmosfer) menurut pemantauan dan analisis, sekitar pukul 00.55 tanggal 31 Juli 2022, puing-puing tahap akhir Long Maret 5B Roket pembawa Yao-3 telah kembali memasuki atmosfer dan jatuh,” tulis postingan tersebut. “Area ini terletak di wilayah laut sekitarnya pada 119,0° Bujur Timur dan 9,1° Lintang Utara, dan sebagian besar perangkat diledakkan dan dihancurkan selama masuk kembali ke atmosfer.”

Konfirmasi BRIN dan penampakan roket China di Lampung

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengkonfirmasi bahwa roket telah masuk atmosfer di Samudra Hindia, mengikuti klaim US Space Command. BRIN menyertakan instruksi laporan jika masyarakat melihat objek luar angkasa yang kemungkinan adalah debris dari roket.

Di sekitar waktu yang sama dengan penampakan roket di Sarawak, beberapa masyarakat di Lampung mengabadikan video meteor jatuh, dengan cahaya yang lebih terang dan durasi yang lebih panjang dari meteor biasa. Ternyata, meteor tersebut adalah serpihan bodi roket yang jatuh duluan dari ‘saudaranya’ yang jatuh di atas Malaysia.

Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL) mengkonfirmasi bahwa objek tersebut adalah badan roket China CZ-5B, roket yang sama yang sebabkan penampakan di Sarawak.

“Puing-puing roket CZ-5B yang terbakar ini menerangi langit Sumatera malam tadi 30 Juli 2022 pukul 23.48 WIB yang terdeteksi oleh All-Sky Camera OZT-ALTS di arah utara.” terang OIL ITERA dalam keterangan tertulis.
“Insiden ini terlihat mulai dari Lampung hingga ke beberapa wilayah Malaysia seperti Sarawak, Kuching dan Bintulu.”

Risiko badan roket jatuh tidak terkendali

Biasanya, setelah roket menggunakan semua bahan bakar pada tahap pertama (first stage), bagian roket yang kosong terlepas untuk mengurangi beban, dan itu akan langsung langsung jatuh ke Bumi. Umumnya puing-puing tersebut terbakar di atmosfer sebelum menyentuh daratan, atau diarahkan ke samudera—alias dibuang dengan terkendali.

Ketimbang langsung jatuh ke laut, roket tahap pertama seberat 23 ton tersebut memperoleh kecepatan orbital yang membuatnya tidak jatuh, tapi punya kecepatan yang cukup untuk mengorbit bumi. Namun orbitnya sangat rendah sehingga badan roket mungkin mempertahankan posisinya di waktu yang lama.

Di dunia luar angkasa, hal ini dikenal sebagai ‘uncontrolled re-entry’, atau ‘masuk tanpa dikendali’. Normalnya, roket dibuang dengan terkendali, diarahkan ke laut. Hal ini dikenal dengan ‘deorbit manueuver’.

“Manuver deorbit menggunakan mesin satelit atau roket untuk menjatuhkan titik rendah orbitnya dan memilih di mana ia menyentuh bumi. Ini disebut masuk controlled re-entry,” ungkap Robin Dickey, analis kebijakan luar angkasa Aerospace, dikutip dari laman Aerospace Corporation. “Dengan melakukan ini, objek besar dapat ditargetkan untuk wilayah laut yang tidak berpenghuni di mana puing-puingnya tidak akan melukai siapa pun.”

Bukan kali pertama badan roket China jatuh ke Bumi

Faktanya, ini bukan pertama roket Long March 5B menjadi perhatian internasional karena sisa roket tak terkendali. Sebelumnya roket yang sama, dengan misi yang juga berkaitan dengan stasiun luar angkasa China, pernah mendarat tidak terkendali di Pantai Gading pada 2020, dan di dekat Maladewa pada 2021.

Belum ada korban jiwa sejauh ini dilaporkan. Namun hal ini dianggap tidak bertanggung jawab dan punya risiko yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Dickey mengatakan bahwa belum ada konsensus yang mengatur risiko dari re-entry. Namun ada beberapa standar internasional yang bisa digunakan untuk mengestimasi dan mencegah risiko dari objek yang diluncurkan suatu negara dan mendarat tanpa terkendali.

“Jadi, meskipun re-entry ini belum tentu merupakan pelanggaran hukum antariksa internasional, hal itu bertentangan dengan standar dan norma yang berkembang ini dengan melampaui ambang batas risiko yang umum digunakan untuk korban (1:10.000) dan dapat dianggap tidak bertanggung jawab,” ungkap Dickey.

Standar internasional menulis bahwa objek yang diluncurkan ke luar angkasa seharusnya tidak menimbulkan bahaya bagi masyarakat di Bumi. Rekomendasi Interagency Debris Coordination Committee (IADC) menulis “Puing-puing yang bertahan untuk mencapai permukaan bumi tidak boleh menimbulkan dan risiko yang tidak semestinya bagi orang atau properti.”

Di kasus roket Long March 5B pada 2021 yang mendarat di Samudra Hindia, dekat Maladewa, Administrator NASA meninggalkan pesan peringatan soal keamanan dunia peluncuran luar angkasa. “Negara-negara penjelajah antariksa harus meminimalkan risiko terhadap manusia dan properti di Bumi dari masuknya re-entry objek-objek luar angkasa dan memaksimalkan transparansi mengenai operasi-operasi itu… jelas bahwa China gagal memenuhi standar yang bertanggung jawab terkait puing-puing antariksa mereka,” kata Nelson, pada keterangan tertulis NASA tertanggal 9 Mei 2021. (rdr/kumparan.com)

Exit mobile version