Selanjutnya, pada uji klinis fase II, bertujuan mengevaluasi dan memilih dosis vaksin terbaik untuk berlanjut ke fase III, dengan dua kandidat formula dan melibatkan 360 subjek relawan berusia 18 tahun ke atas dan dimulai pada 13 April 2022. Dan terakhir, uji klinis fase III melibatkan 4.050 subjek usia 18 tahun ke atas.
“Sejak Uji klinis tahap I hingga uji klinis tahap III, membutuhkan kerja keras tim sekitar 8 bulan. Jika lancar uji klinis tahap III ini akan selesai sebelum Agustus 2022, kemudian akan dilanjutkan dengan evaluasi enam bulan hingga setahun kedepan,” kata Yetty.
Medical Advisor Tim Uji Klinis Vaksin Covid-19 BUMN Soedjatmiko kemudian menambahkan, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang paling umum dilaporkan yaitu nyeri lokal di sekitar area suntik dan nyeri otot dengan intensitas ringan, demam pasca penyuntikan yang hilang dalam kurun waktu 1 hingga 2 hari.
Adapun dalam proses pengujian, setiap relawan akan mendapatkan dua kali suntikan dengan rentang waktu 28 hari, dan relawan diminta untuk melaporkan apabila mengalami KIPI. Para relawan juga akan dipantau selama satu tahun kedepan guna memastikan keamanan serta keefektifan vaksin dalam memunculkan kekebalan dalam tubuh.
“Jadi uji klinis ini bertujuan untuk membuktikan bahwa vaksin Covid-19 buatan Bio Farma ini aman dapat meningkatkan kadar antibodi secara bermakna untuk melawan virus COVID-19, sehingga diharapkan berkhasiat melindungi subjek dari sakit berat dan kematian karena COVID-19 sesuai standar BPOM,” kata dia.
Soedjatmiko lantas mengharapkan vaksin BUMN dapat menjadi modal kemandirian bangsa dalam sektor kesehatan, sehingga nantinya Indonesia tidak perlu impor vaksin COVID-19 dari negara lain.
Selain vaksin BUMN, terdapat sejumlah universitas dan lembaga lainnya yang mengembangkan vaksin Merah Putih. Di antaranya Universitas Airlangga dengan vaksin inactivated virus. LBM Eijkman dengan vaksin subunit protein rekombinan, serta vaksin dari LIPI dengan metode protein rekombinan modifikasi RBD.
Kemudian, ITB dengan metode sub unit protein rekombinan dan Adenovirus vector. Lalu UI dengan metode pengembangan DNA, mRNA, dan platform virus like-particles. Dua yang lain, yakni UGM dengan subunit protein rekombinan, dan dari Unpad dengan dua platform protein rekombinan dan peptida, IgY Anti-RBD. (rdr/cnnindonesia.com)