Gubernur Sumatera Barat, Buya Mahyeldi, mengatakan bahwa peradaban masyarakat melayu pada umumnya kebudayaan tertua yang berada di pinggir sungai, oleh sebab itu kota-kota besar yang dahulunya berkembang di sumatera ini letaknya menghadap ke sungai.
“Peran sungai sebagai sumber kehidupan, kegiatan Kenduri Swarnabhumi merupakan upaya menghubungkan kembali, menyebarluaskan dan memperkuat kebudayaan melayu dengan berbagai kegiatan di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari,” ucap gubernur.
Gubernur juga mengatakan, disamping potensi yang dimiliki disepanjang Sungai Batanghari, juga memiliki tantangan yang tidak ringan, seperti pencemaran lingkungan, sosial budaya yang berdampak kepada masyarakat, terutama dalam merawat sungai dan pelestarian terhadap warisan budaya.
“Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memberikan solusi dalam menghadapi tantangan dan hambatan. Hal Ini menjadi tanggungjawab kita bersama. Semoga kedepan kegiatan kolaborasi ini dapat kita laksanakan secara berkesinambungan,” ungkap gubernur.
Mendukung hal tersebut, Gubernur Jambi, Al-Haris, dengan Festival Pamalayu kali ini akan memunculkan multiplier effect, salah satunya adalah terjaga dan terpeliharanya lingkungan serta ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Batanghari yang berhulu di Dharmasraya dan berhilir di Provinsi Jambi.
“Pencemaran Sungai Batanghari relatif cukup tinggi, kita berharap agar kegiatan ini mampu membangkitkan kesadaran dan meneguhkan kepedulian masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan demi keberlanjutan kehidupan dimasa mendatang,” ujar Al-Haris.
Bupati Dharmasraya, Sutan Riska, mengatakan, momentum digelarnya Festival Pamalayu sebagai ajang untuk mengenang kembali dan mempelajari perjuangan para leluhur dalam menciptakan sejarah dan budaya hingga mendunia.
Dalam penutupan Festival Pamalayu 2022 ini juga diadakan penanaman pertama pusat budidaya tanaman rempah, makan bajamba, serta penampilan drama kolosal Dara Petak dan Dara Jingga. (rdr)