“Pembangkit panas bumi diperkirakan akan mencapai 22 GW yang didorong dengan pengembangan skema bisnis baru,” katanya.
Sementara, Ketua Umum Asosiasi Panasbumi Indonesia (API) Prijandaru Effendi mengatakan, pemanfaatan panas bumi untuk mendukung sistem kelistrikan nasional sudah mulai sejak tahun 1983. Dia mengatakan, hingga saat ini kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia 2.192 MW atau rata-rata pertumbuhan per tahun sekitar 60 MW.
“Lambatnya pertumbuhan ini karena tantangan utama saat ini masih berproses untuk menemukan solusinya terutama dalam hal kesenjangan harga yaitu antara harga yang memberikan nilai keekonmian proyek yang menarik bagi investor pengembang panas bumi dengan harga yang terjangkau oleh pembeli satu-satunya yakni PLN. Inilah masalah utama yang harus kita cari solusinya,” terangnya.
Riza Pasikki selaku Ketua Panitia Pelaksana IIGCE 2022 mengatakan, acara ini akan menjadi ajang bagi pelaku usaha hingga regulator untuk mempercepat pengembangan energi panas bumi.
“Oleh karena itu tujuan diselenggarakannya The 8th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2022 akan selalu menjadi forum dan momen besar dalam mempertemukan lembaga pemerintah, pembuat kebijakan, pemangku kepentingan, investor, perusahaan jasa, akademisi, dan pakar industri panas bumi untuk meningkatkan serta mempercepat pengembangan di industri panas bumi di Indonesia khususnya dan sudah tentu seluruh dunia sebagai tanggung jawab bersama bagi masa depan yang lebih baik,” ujarnya. (rdr/detik.com)
Komentar