Sementara Dosen UNP Hasanuddin WS menyebut Navis sebagai sastrawan sejati. Salah satu syarat menjadi sastrawan, menurutnya, adalah menulis novel. “Navis menulis Novel Kemarau,” ujar Hasanuddin.
Dalam diskusi yang dihadiri sekitar 500 orang itu, terungkap juga bahwa Navis sangat menaruh harapan kepada generasi muda. Hal ini disampaikan jurnalis Hasril Chaniago.
Menurut Hasril, Navis mengatakan bahwa perubahan dan peningkatan kualitas perlu tenaga-tenaga muda yang penuh kreativitas. Makanya, anak muda perlu diberi kesempatan dan apresiasi.
Putri AA Navis, Gemala Ranti, menyampaikan terimakasih atas diselenggarakannya acara tersebut. Ia menyampaikan pihak keluarga berencana akan mendirikan Yayasan AA Navis pada 28 November. Di antara program-programnya adalah menerbitkan ulang buku-buku AA Navis.
Kepala UPTD Taman Budaya, Supriyadi, SE, M.Si, mengatakan, ada 3 kegiatan peringatan 98 tahun AA Navis. Selain diskusi, juga ada penampilan seni di antaranya Dramatisasi Cerpen (Komunitas Payung Sumatera).
Kemudian, Musikalisasi Puisi (Grup Sending Rasa, Teater Imam Bonjol, MAN 2 Padang), Monolog (Komunitas Seni Langit), Pembacaan Pusi (Deddy Arsya, Rizal Tanjung, Syarifudin Arifin, Yeni Ibrahim, Ichwanul Arif) dan Musik Tradisi (Parewa Limo Suku).
98 Tahun AA Navis juga dimeriahkan dengan pameran Seni Rupa “Reconnection” yang diselenggarakan Mahasiswa Seni Murni ISI Padang Panjang. Pameran yang diadakan di Galeri Taman Budaya Sumbar ini telah dikunjungi 2.000 orang sejak dibuka pada 17 November.
“Pameran ini telah dimulai pada Kamis 17 November hingga 29 November,” ujarnya. (rdr/rel)