Terkait Ucapan Megawati tentang Sumbar Sudah Beda, Gubernur Mahyeldi Tegaskan Hal Ini!

Insha Allah, kita akan mohon dukungan kepada buk Mega, mbak Puan dan pejabat lain di pusat. Bagaimana Sumbar ini seperti ini dulunya.

Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah.

PADANG, RADARSUMBAR.COM – Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah angkat bicara terkait pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri perihal Sumatera Barat yang sudah tak seperti dulu lagi.

Statemen itu disebutnya dalam Webinar Bung Hatta Inspirasi Kemandirian Bangsa di kanal Youtube Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDIP, Kamis (12/8/2021) kemarin.

Ditambahkannya, dia siap mengajak Megawati dan Puan Maharani bersama-sama untuk mewujudkan serta menghadirkan tokoh yang diharapkannya itu.

“Insha Allah, kita akan mohon dukungan kepada buk Mega, mbak Puan dan pejabat lain di pusat. Bagaimana Sumbar ini seperti ini dulunya. Makanya, kita mohon bantuan dan mohon support,” sebut Gubernur Mahyeldi usai pelepasan 12 tenaga kerja asal Sumbar ke Jepang yang difasilitasi oleh BP2MI, Jumat (13/8/2021).

“Kita sangat sependapat, kita dukung itu. Mohon dukungan kepada ibuk Mega, mbak Puan sehingga keberhasilan yang dulu dapat dihadirkan kembali. Saya akan berusaha untuk mencapai visi 2045, menjadikan indonesia salah satu negara besar di dunia. Sumbar akan berkontribusi untuk itu,” tambahnya.

Selain itu, Mahyeldi menyebut akan mengusahakan untuk bertemu dengan Megawati ke depannya. Juga akan membahas tentang peran tungku tigo sajarangan yang dipertanyakan itu.

“Makanya, kita minta dukungan dari buk Mega dan mbak Puan. Harus ada kolaborasi, menghadirkan itu tidak bisa sendiri, perlu kolaborasi, perlu dukungan. Saya sudah meminta waktu bertemu dengan mbak Puan,” ujarnya lagi.

“Kita harus introspeksi untuk ke depan yang lebih baik. Minta petunjuk kita kepada tokoh-tokoh kita, termasuk buk Mega dan juga bertemu dengan beliau,” tutup Mahyeldi.

Sebelumnya, Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri menyebut Sumatera Barat telah berbeda dari yang ia kenal. Mega pernah mempertanyakan kegelisahannya ini kepada Ahmad Syafii Maarif, tokoh Muhammadiyah sekaligus anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) kelahiran Sumatera Barat.

“Di BPIP saya sebagai Ketua Dewan Pengarah, itu ada Buya Syafii, saya suka bertanya sama beliau, mengapa Sumatera Barat yang dulu pernah saya kenal sepertinya sekarang sudah mulai berbeda?” kata Mega dalam Webinar Bung Hatta Inspirasi Kemandirian Bangsa di kanal Youtube Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDIP, Kamis (12/8/2021) lalu.

Mega mengatakan pada masa sebelum dan sesudah kemerdekaan, Sumbar melahirkan banyak tokoh nasional. Namun kini, menurutnya, tokoh-tokoh Sumatera Barat tidak sepopuler dulu.

“Dulu saya tahunya tokoh dari Sumatera Barat, kenapa menurut saya (sekarang) tidak sepopuler dulu atau memang tidak ada produknya?” kata Mega.

“Padahal Sumatera Barat ketika sebelum kemerdekaan sampai setelah merdeka sampai selesai juga Bung Karno [sebagai presiden] itu kan tokoh-tokohnya luar biasa, ya,” tambahnya.

Lebih lanjut, Mega mengenang saat dirinya berkunjung ke Bukittinggi. Di wilayah itu, ia melihat dan merasakan nuansa gotong royong masyarakat dan nuansa tradisi keislaman yang sangat kental.

Meski demikian, masyarakat setempat menempatkan tokoh adat ninik mamak, alim ulama, dan cadiak pandai (cerdik cendekia) sebagai unsur kepemimpinan di Minangkabau. Tiga unsur ini disebut Tungku Tigo Sajarangan.

“Jadi ke mana para cendekiawan yang dibilang cadiak pandai? Ini benar kan dulu setingkat loh, mungkin yang istilahnya Tungku Tigo Sajarangan alim ulama, cerdik pandai, yang satu lagi penghulu apa, ya? Kan, mendapatkan tempat yang sama di rumah gadang itu,” ujar Mega.

Selain itu, Mega juga merasa heran saat dirinya dan puterinya, Puan Maharani pernah menjadi sasaran perundungan. Padahal, sepengetahuan Mega, di Sumatera Barat terdapat konsep Bundo Kanduang atau pemimpin wanita di Minangkabau.

“Kan, ada Bundo Kanduang, ya? Nah, jadi itu maksud saya apakah itu sudah tidak berjalan lagi?” kata Mega.

Pada momen Pilkada Serentak 2020, Puan Maharani menuai kritik karena pernyataannya yang dianggap menyinggung Sumatera Barat. Saat itu Puan berharap Sumatera Barat bisa menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila. (*)

Exit mobile version