Eks Panglima TNI Puji Kekuatan Adat dan Budaya Minangkabau

Bila pemimpin bangsa ini melakukan apa yang dilakukan masyarakat Minang, maka bangsa ini akan hebat dan kuat.

Panglima TNI periode 2015-2017, Gatot Nurmantyo. (Foto: Radarsumbar.com / Dok. MMC)

Panglima TNI periode 2015-2017, Gatot Nurmantyo. (Foto: Radarsumbar.com / Dok. MMC)

PADANG, RADARSUMBAR.COM – Eks Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo memuji-muji dan mengapresiasi kekuatan adat dan budaya di Minangkabau.

Hal tersebut disampaikan Gatot saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Kebangsaan Umat Islam yang bertajuk ‘Merekat Kebersamaan untuk Menghadapi Tantangan Masa Depan’, Jumat (27/1/2023).

“Kesuksesan menjaga tatanan dan keberlangsungan hidup serta melindungi masyarakat. Wajar saja, katanya, Minangkabau banyak melahirkan tokoh bangsa yang hebat,” katanya.

Ia menyebut, Ninik Mamak dapat mendidik anak kemenakannya dengan baik. Kemudian, harta kaum diatur dengan baik dan sangat jelas penggunaannya.

“Apakah untuk rumah gadang, perempuan yang belum beristri atau rumah gadang yang rusak, barulah harta kaum itu digunakan,” ucap Panglima TNI periode 2015-2017 tersebut.

Gatot berkeyakinan, bila pemimpin bangsa ini melakukan apa yang dilakukan masyarakat Minang, maka bangsa ini akan hebat dan kuat.

“Kita harus belajar banyak dengan orang Minangkabau. Adat dan agama yang kuat, sehingga sukses melahirkan tokoh-tokoh pendiri dan pemikir bangsa ini sampai sekarang. Karena itu saya banyak belajar dengan orang Minangkabau,” ujar Gatot.

Sementara itu, Wakil Gubernur (Wagub) Sumbar, Audy Joinaldy merasa miris dengan stigma bahwa Sumbae adalah provinsi intoleran.

Dia mengatakan, 97 persen dari 5,7 juta penduduk Sumbar beragama Islam, dan tidak pernah ada kasus pengrusakan rumah ibadah agama lain di Sumbar.

“Semua hidup rukun dan damai. Jadi dari mana stigma itu berasal? Ini parameternya dari mana?,” tanya Audy.

Belum lagi, katanya, masyarakat perantau Minangkabau tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, bahkan hingga ke sejumlah negara di dunia, hidup tersebar dan menyatu dengan masyarakat setempat.

Ia melanjutkan, di masa lalu tiga dari empat founding fathers Republik Indonesia berasal dari Sumatera Barat, yaitu Tan Malaka, Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir.

Ditambah lagi, Muhammad Yamin yang merupakan satu dari tiga perumus Pancasila, juga berasal dari Ranah Minang. Jadi tak mungkin pula jika Sumbar dicap tidak Pancasilais.

“Pendiri bangsa ini termasuk orang Minang. Pencetus Pancasila itu juga orang Minang. Karena itu, tidak mungkin orang Minang ini tidak Pancasilais dan sangat tidak mungkin orang Minang akan berkhianat terhadap bangsa ini,” katanya.

Eks Panglima TNI yang kini Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu selalu protes bila Sumbar disebut provinsi intoleran.

“Karena di sini tidak pernah ada masyarakat membakar gereja, tidak ada orang non-muslim digebukin dan lainnya, karena itu saya protes,” katanya.

Dalam pembangunan, menurut Wagub, kontribusi orang Minang dalam membangun Indonesia tidak perlu dipertanyakan.

Orang Minang banyak bergerak di sektor perdagangan, menjadi pengusaha di berbagai provinsi di Indonesia dan ikut membangun daerah rantau.

“Oleh karena itu gini ratio di Sumbar juga bagus, karena orang-orang kaya dari Sumbar banyak berada di provinsi lain, ikut membangun daerah di sana,” tuturnya. (rdr-008)

Exit mobile version