Kemudian, penguatan ketahanan komoditas hortikultura dan pasokan pangan strategis lainnya khususnya untuk komoditas cabai dan bawang merah yang saat ini menjadi sumber inflasi di banyak daerah, dan peningkatan pemanfaatan alat dan mesin pertanian (alsintan) dan sarana produksi pertanian (saprotan) sehingga dapat semakin meningkatkan produktivitas petani dan meningkatkan nilai tambah produk olahan petani.
Selanjutnya, perluasan kerja sama antar daerah, dukungan untuk subsidi ongkos angkut, penguatan infrastruktur teknologi, informasi, komunikasi (TIK) diantaranya neraca pangan daerah, serta penguatan koordinasi dan komunikasi untuk menjaga ekspektasi inflasi.
Digitalisasi data dan informasi pangan serta inovasi dan digitalisasi dalam pertanian terus didorong melalui pemanfaatan skema-skema seperti urban farming, digital farming dan inovasi-inovasi pertanian lainnya.
“Sinergi antara pemangku kepentingan Tentu saja sangat penting di dalam pengendalian inflasi dalam menghadapi tantangan bersama di tahun ini,” tutur Juda.
Program unggulan itu disusun mengacu pada peta jalan pengendalian inflasi 2022-2024 dan strategi pengendalian inflasi GNPIP 2023 yang mengedepankan upaya stabilitas harga yang bersifat struktural, forward looking, dan berbasis digital untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional. (rdr/ant)