“Ada beberapa juga teknik orang Jepang dalam memasak itu sangat simpel, tapi dengan kualitas yang bagus. Sementara, Indonesia itu kebanyakan masaknya yang lama. Jadi, ada bagian clash ‘jangan terlalu lama nanti rasanya jadi rusak’ sedangkan kalau makanan kita harusnya lama jadi bumbunya meresap,” katanya.
Dia menambahkan pihaknya juga harus menurunkan tingkat kepedasan yang aslinya membutuhkan 15 butir cabai, diturunkan menjadi dua butir saja.
“Kepedasan bagi orang Indonesia itu bukan salah satu flavour (rasa) melainkan sensasi. Jadi, tingkat kepedasannya harus diturunkan,” katanya.
Aziz mengaku sempat kesulitan untuk menemukan kemiri di Tokyo sebagai bahan dasar dari menu-menu tersebut tetapi dapat diganti dengan kacang mete.
Menu-menu yang ditampilkan dalam Indonesia Fair 2023, yakni nasi goreng, ikan kuah kuning, tongseng ayam dan wingko babat.
Dia berharap dengan adanya ajang tersebut, bukan hanya menu tetapi juga rempah asli Indonesia bisa tersebar ke seluruh belahan dunia.
“Contohnya, andaliman itu ‘kan sama seperti sichuan pepper. Itu bisa sampai ke seluruh dunia, cuma andaliman tetap di Sumatra. Kenapa begitu? karena memang edukasi. Dengan adanya acara ini kita lebih mengedukasi lagi bumbu-bumbu Indonesia yang sangat bisa digunakan makanan lokal dan makanan internasional. Juga, teknik masakan Indonesia enggak kalah susahnya dengan teknik lainnya dan itu bisa jadi keunggulan Indonesia yang harus diketahui,” kata Aziz. (rdr/ant)