“Bayangkan, Republika mengomentari video saya baru dua minggu kemudian. Ini jelas kesengajaan,” sambungnya.
Ade menduga kuat bahwa ada redaksi Republika yang memang berusaha menyudutkan dirinya di mata umat Islam.
“Pertanyaan saya, apakah si redaksi itu melakukannya secara independen atau berdasarkan arahan ruang redaksi. Bahkan saya bisa bertanya-tanya, apakah ini dilakukan sesuai arahan pak Erick Thohir,” katanya.
Ade juga mencurigai postingan itu dikaitkan dengan pencalonan dirinya di Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Ia melihat Republika dengan sengaja mengarahkan pembacanya untuk percaya, bahwa Ade menyatakan babi tidak haram.
“Dia (Republika) mencabut begitu saja pernyataan saya soal babi dari konteksnya,” katanya.
Ade membicarakan soal babi dalam konteks pembelaan dirinya terhadap kebebasan berekspresi seorang TikToker bernama Lina Mukherjee yang saat ini ditahan karena membuat konten dia memakan babi kriuk dengan diawali pengucapan Bismillah.
Lina ditahan setelah gelombang protes masyarakat yang mengganggap Lina menodai agama.
“tu yang menjadi inti kepedulian di video saya. Menurut saya, penangkapan dia membercandai agama adalah tindak berlebihan. Lina cuma bercanda, masa dia harus masuk penjara?,” katanya.
Ia menyebut bahwa kebebasan berekspresi harus dilindungi dalam negara demokrasi. Kebebasan berbicara, berpendapat, mengekspresikan diri adalah hal yang esensial dalam demokrasi.
“Kalau bercandaan Lina (Mukherjee) dianggap sebagai pelanggaran hukum pidana, demokrasi Indonesia akan hancur. Kali ini Lina, besok-besok saya, anda atau semua orang yang berfikir merdeka, berpotensi diadukan karena bercandaan kita,” katanya.
Dia membela Lina tidak menginjak-injak atau mengencingi Al-Qur’an untuk menyebut tindakan yang wajar dianggap sebagai penghinaan agama.
“Dia hanya baca Bismillah, lalu makan babi. Lina juga sudah minta maaf, jadi kenapa dia harus diperkarakan secara hukum?,” tanya Ade lagi.
Konteks itu, kata Ade yang sama sekali tidak dijelaskan dalam kicauan Republika di Twitter.
Republika, sambungnya, hanya memotong kontennya di Cokro TV, sehingga seolah dirinya menganggap babi tidak haram dikonsumsi.
“Di dalam video itu saya bilang, tolong dicatat, saya tidak sedang mempromosikan makan babi, yah. Saya tidak makan babi, tapi ingin saya tekankan melarang makan babi di saat ini adalah hasil interpretasi juga, dan kalau ada Muslim yang percaya babi ternak itu halal, itu adalah hak sepenuhnya dia. Konteks ini yang diabaikan Republika,” katanya.
Republika dinilai Ade memotong begitu saja pernyataannya untuk kemudian dilempar dan dikomentari pembaca setia mereka yang memang penuh kebencian itu.
“Saya sedih bahwa itu dilakukan sebuah media yang selama ini dianggap sebagai media Islam. Republika membangun imej buruk tentang Islam dan juga mengajarkan khalayaknya untuk beragama dengan penuh kemarahan,” katanya.
Pada akhir video, Ade Armando berharap Erick Thohir bisa segera meluruskan jalan koran atau media yang dicintainya tersebut. “Ayo gunakan akal sehat, karena hanya dengan akal sehat, bangsa ini akan selamat,” tuturnya. (rdr-008)