Cuaca panas yang dirasakan di Sumbar beberapa pekan terakhir, menurutnya, diakibatkan tutupan awan sangat sedikit ke bumi karena adanya transisi cuaca ke musim kemarau sehingga berdampak dengan kenaikan suhu.
“Saat ini masih masa transisi, tutupan awan dari pagi sampai sore sangat sedikit. Sehingga sinar matahari maksimal diterima oleh bumi,” katanya.
Desindra mengatakan untuk wilayah Sumbar, meskipun memasuki musim kemarau, namun curah hujan masih cukup tinggi berbeda dengan Indonesia bagian tengah maupun timur.
Meski demikian ia tetap mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap potensi kebakaran akibat cuaca panas yang melanda.
“Saat cuaca panas, kekeringan terjadi dan potensi kebakaran, baik di pemukiman maupun lahan dan hutan menjadi tinggi, masyarakat harus tetap waspada,” katanya. (rdr/ant)