Saat ditanya apakah ia sudah mendapat panggilan dari kepolisian untuk memberi keterangan, mantan Wali Kota Padang itu menyatakan sejauh ini belum tahu apakah perlu dilakukan. Sebab persoalan surat yang menjadi polemik itu lebih dominan berada di Sekretariat Daerah.
Soal keaslian tanda tangan dirinya di surat permintaan sumbangan, Mahyeldi tak tegas mengakui atau membantahnya. “Kita memang terkadang tidak sempat memeriksa surat-surat yang ditandatangani karena biasanya sudah melalui tahapan-tahapan yang ada,” kilahnya.
Terhadap lima orang pelaku peminta sumbangan, Mahyeldi mengaku tak mengenal pasti mereka. Tapi satu di antaranya kemungkinan pernah dikenalkan oleh Eri Santoso yang banyak disebut sebagai ‘orang dekat’ Gubernur Sumbar. Tapi Mahyeldi menegaskan bahwa Eri bukan staf khusus secara struktural. “Tapi dia pernah banyak membantu sewaktu saya menjadi Wali Kota Padang,” ujarnya.
Polemik kasus surat minta sumbangan bertanda tangan gubernur ini berawal dari ditangkapnya 5 orang yang diduga pelaku penipuan. Mereka meminta sumbangan kepada sejumlah pengusaha dan instansi di Sumbar untuk membuat buku. Dari pemeriksaan polisi, surat yang mereka bawa ternyata berasal dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) yang ditandatangani Gubernur Mahyeldi.
Saat ditangkap, uang yang terkumpul sudah mencapai Rp170 juta. Uang itu berasal dari 21 pengusaha, pihak BUMN dan kampus. Selain itu, masih ada 3 dus karton surat sumbangan yang belum didistribusikan. (detik.com)