“Harga HP yang tadinya misalnya Rp10 juta, bisa dengan saya Rp2 juta itu sudah pastinya scam (penipuan). Kalau ada telepon yang tidak jelas, WA tidak jelas dan SMS tidak jelas jangan terlalu curiosity (penasaran), cek cek dulu,” tegasnya.
Information Technology Security Specialist – Vaksincom, Antonius Alfons Tanujaya, menambahkan, saat ini banyak kalangan milenial yang menjadi korban penipuan di ruang digital karena terlena oleh modus yang hanya menawarkan klik dan subsribe untuk bisa mendapatkan uang.
“Namanya milenial sekarang ya maunya kerjanya makin sedikit mungkin tapi dapat hasilnya banyak. Jadi mereka percaya bahwa dengan klik dan subscribe itu bisa untuk mendapatkan uang sehingga lalu mereka terpancing,” kata Alfons.
Dia mengakui hingga kini masyarakat yang menjadi korban penipuan sangat sulit atau belum bisa mendapatkan kembali uang mereka.
Namun para korban penipuan sudah membentuk paguyuban di media sosial untuk saling menguatkan dan menindaklanjuti kasus yang dihadapi melalui jalur hukum dengan menyewa pengacara agar segera ditindaklanjuti.
“Mereka berkumpul saling menguatkan dan mereka menekan pihak kepolisian dengan cara ya hukum yang legal ya untuk ditindaklanjuti. Kemarin juga pihak kepolisian berhasil menangkap beberapa penipu,” ungkapnya.
Alfons juga mendukung upaya yang dilakukan Kementerian Kominfo agar masyarakat, terutama generasi muda, diedukasi melalui literasi digital sebagai Upaya mempersempit gerak pelaku kejahatan ini.
“Memang saya pikir masyarakat perlu didik saya setuju dengan Pak Sammy tadi yang kecerdasan digital nya literasi digital nya perlu ditingkatkan sambil kita berusaha mencari cara-cara kreatif mengcut gerak-gerak penipu itu,” pungkas Antonius Alfons Tanujaya. (rdr)